Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Selesaikan Masalah Kronis Sampah Plastik: Pengurangan dan Pengolahan Sampah Berbasis Carbon Neutral

Timbulan sampah kronis di berbagai wilayah di Indonesia saat ini begitu mengkhawatirkan. Tak hanya mengganggu kebersihan, sampah yang bertebaran hampi

Editor: Vincentius Haru Pamungkas
zoom-in Selesaikan Masalah Kronis Sampah Plastik: Pengurangan dan Pengolahan Sampah Berbasis Carbon Neutral
Shutterstock
Ilustrasi sampah plastik (Shutterstock) 

TRIBUNNEWS.COM - Timbulan sampah kronis di berbagai wilayah di Indonesia saat ini begitu mengkhawatirkan. Tak hanya mengganggu kebersihan, sampah yang bertebaran hampir di pinggir sawah, sungai, jalan raya, danau, dan laut juga mengganggu penglihatan. 

Bahkan, timbulan sampah ini juga memicu berbagai bencana alam, seperti longsoran sampah, pencemaran leachate, pencemaran udara, bau busuk, ledakan gas metan, dan lain sebagainya. Akibatnya, terjadi dampak fatal yang terjadi di Leuwigajah pada 2005 dengan 157 korban jiwa dan sebanyak 33 TPA di berbagai kota/kabupaten terbakar pada 2023 lalu. 

Untuk mengakhiri permasalahan ini, terdapat banyak cara seperti merancang dan merencanakan proses industrialisasi produk dengan material, sehingga timbunan produk dan kemasan yang berpotensi menjadi sampah jadi lebih sedikit, serta mengembangkan pola konsumsi secara menyeluruh, global, dan holistik dalam lingkup makro yang kemudian diturunkan menjadi berbagai kegiatan teknis pada tingkat mikro. 

Ahli Pengelolaan Kualitas Udara yang juga beraktivitas di KOMNAS HAM, Dr. Esrom Hamonangan mengatakan, “Berbagai upaya mengurangi timbulan sampah harus dilakukan untuk menekan dampak lingkungan hidup, baik limbah padat, cair, maupun gas. Hal ini terutama pada penyebab pencemaran udara dan krisis iklim.” 

Founder Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC), Ahmad Safrudin menegaskan, “Sebagian besar perusahaan belum mematuhi ketentuan penyusunan roadmap dalam pengurangan sampah.” 

Sebagaimana diketahui, baik perusahaan manufaktur, retail, dan HOREKA (Hotel, Restoran, dan Katering) telah mendapat mandat untuk menyusun roadmap pengurangan sampah, sebagaimana yang diatur di PermenLHK Nomor 75/2019. Sedangkan, untuk Provinsi dan kabupaten/kota juga belum menyusun rencana aksi penanganan sampah yang selaras dengan aksi pengurangan sampah. 

Amalia S Bendang, Ketua Harian NZWMC sebagai salah satu mitra pelaksana Audit Sampah Sungai Ciliwung 2023 menyatakan, "Ciliwung telah menjadi bejana sampah yang unik. Timbulan sampah di badan sungai menjadi cermin cara pengelolaan persampahan kita. Produsen, retail, HOREKA masih belum sungguh-sungguh menjalankan upaya pengurangan sampah sesuai amanat regulasi.” 

Berita Rekomendasi

Dari total 32.364 sampah yang berhasil dipilah dari 6 titik sampling Sungai Ciliwung, terdapat 10 jenis sampah yang ditemukan dimana 7 diantaranya adalah material polimer termasuk kain, karet, kayu, kertas, logam, plastik, serta gabus.

Sampah plastik paling banyak ditemukan secara konsisten di berbagai titik dalam bentuk kantong kresek baik secara utuh maupun serpihan dengan total akumulasi mencapai 19.466 buah atau sekitar 67,88 persen dari keseluruhan sampah yang berhasil dikumpulkan dan dipilah.

Posisi ini disusul oleh bentuk sampah bungkus dan sachet plastik yang berhasil dipilah masing-masing sekitar 3.974 dan 3.324 buah atau sekitar 13 persen dan 11 persen dari total akumulasi sampah keseluruhan.

Berdasarkan 5 merek tertinggi asal berbagai sampah plastik tersebut, maka serpihan sampah berbagai merek mendominasi asal sampah plastik tersebut dengan jumlah hampir menyentuh 7.121.  

Untuk jenis sampah bungkus plastik didominasi sampah dengan berbagai merek terkenal sebanyak 3.298 buah. Sedangkan untuk sampah jenis sachet juga terdapat hampir sebanyak 2.696 buah.  

Pun, sampah bernilai ekonomi seperti botol PET dan cup PP juga masih mengalir di Sungai Ciliwung.  Jenis sampah botol plastik di urutan teratas adalah botol milik market leader dan diikuti berbagai merek AMDK lainnya sebanyak 579 buah. Untuk cup PP terbanyak berasal dari cup tak bermerek sebanyak 226 buah dan diikuti dengan berbagai merek terkenal lainnya sebanyak 396 buah. 

Sementara research NZWMC di 6 kota FY 2022/2023 (Medan, Jakarta, Samarinda, Makassar, Denpasar dan Surabaya), menunjukkan serpihan plastik berbagai merek menempati urutan pertama (59.300 pcs), disusul plastik kresek (43.597 pcs), bungkus merek salah satu merek mie instan (37.548 pcs), cup salah satu perusahaan AMDK (33.789 pcs), botol minuman (30.171 pcs), dan cup air mineral gelas (28.954 pcs).

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas