Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Indonesia Akan Masuki Musim Kemarau, Pemerintah Perlu Antisipasi Kebakaran Hutan

Pemerintah pusat dan daerah diimbau segera mengambil langkah antisipatif mencegah kebakaran hutan sebelum musim kemarau tiba.

Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Indonesia Akan Masuki Musim Kemarau, Pemerintah Perlu Antisipasi Kebakaran Hutan
dok. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Kebakaran Gunung Batok di kawasan wisata Gunung Bromo, Jawa Timur, Sabtu, 22 Juni 2024. 

TEIBUNNEWS.COM — Pemerintah pusat dan daerah diimbau segera mengambil langkah antisipatif mencegah kebakaran hutan sebelum musim kemarau tiba.

Salah satunya dengan melakukan penyiraman hutan di semua wilayah di Indonesia terutama yang berpotensi memiliki hotspot kebakaran.

Sehingga Karhutla dapat dicegah dan bisa menekan potensi asap menyebar ke wilayah lainnya, yang bisa berpotensi menurunkan kualitas udara.

Anggota Dewan Pakar DPP Gerindra, Bambang Haryo Soekartono menyatakan seharusnya pemerintah bisa menyadari bahwa kualitas udara di Jakarta saat ini dan di beberapa kota besar Indonesia mulai memburuk di saat musim kemarau dari bulan Mei karena adanya kasus kebakaran hutan.

"Karhutla ini dampaknya tidak kecil. Dampaknya bukan hanya pada area yang terbakar dan makhluk hidup yang berhabitat di area tersebut tapi juga pada makhluk hidup dan lingkungan di wilayah sekitar, hingga wilayah yang jauh dari area karhutla," kata BHS, demikian ia akrab dikenal, Senin (24/6/2024).

Yang dimaksud dampak pada wilayah yang jauh adalah asap yang muncul dari kebakaran hutan atau lahan tersebut, yang biasanya berlangsung cukup lama bahkan bisa lebih dari 3 bulan.

"Asap karhutla itu kan bisa kemana-mana karena terbawa angin. Contohnya, kalau Sumatera mengalami kebakaran hutan, asapnya bisa ke Jakarta dan kota-kota pesisir Jawa bahkan sampai ke negara tetangga.

Berita Rekomendasi

Jadi kalau kualitas udara Jakarta itu buruk, tidak bisa sepenuhnya menyalahkan faktor transportasi atau kendaraan dan industri karena polusi asap yang tebal di wilayah Jakarta dan sekitarnya hanya dialami pada saat musim kemarau saja, biasanya mulai bulan Mei, Juni, Juli hingga September.

Dan setelah Oktober di musim hujan, kualitas udara di Jakarta dan kota-kota pesisir yang ada di Jawa menjadi membaik. Itu semua juga karena hembusan arah angin yang mengakibatkan asap kebakaran hutan memenuhi kota Jakarta” ujarnya.

Baca juga: Kebakaran di Kawasan Gunung Bromo, Api Merambat hingga ke Probolinggo

BHS menyatakan sudah pernah menyampaikan kepada pemerintah untuk lebih aktif dalam menyikapi masalah karhutla ini yang bisa membawa dampak asap di wilayah Jakarta.

“ Dan kementerian KLHK yang paling bertanggung jawab masalah ini, harusnya bukan hanya dengan menyiapkan tim pemadam karhutla atau sosialisasi agar pembuka lahan tidak melakukan pembakaran untuk pembersihan lahan, tapi juga dengan melakukan pembasahan lahan, dengan cara menyiram hutan atau lahan yang memiliki potensi hot spot," ujarnya lagi.

Baca juga: Kebakaran Kawasan Bromo Meluas hingga Gunung Batok, Api Membesar karena Angin

Ia memaparkan bahwa penyiraman lahan atau hutan ini, juga telah dilakukan oleh negara tetangga, Malaysia, Papua Nugini, bahkan Timor Timur.

Terbukti, tidak ada satupun hot spot yang ada di ketiga negara tersebut pada saat Indonesia mengalami kebakaran hutan parah tahun 2015, 2021, 2022 dan 2023.

"Para pejabat di negara tersebut memahami, bahwa ada langkah aktif yang harus dilakukan dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan. Dengan basahnya lahan atau hutan, maka jika ada yang tidak sengaja meninggalkan bara di area tersebut, tidak akan mudah terbakar.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas