Indonesia Akan Masuki Musim Kemarau, Pemerintah Perlu Antisipasi Kebakaran Hutan
Pemerintah pusat dan daerah diimbau segera mengambil langkah antisipatif mencegah kebakaran hutan sebelum musim kemarau tiba.
Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Choirul Arifin
Karena daun yang basah itu atau mengandung air 80 persen, tidak mudah terbakar. Daya tahan air di tanaman ini sekitar 21 hari, sehingga jika dilakukan penyiraman dalam periode 2 minggu sekali, maka tanaman itu akan tetap basah dan sulit untuk terbakar," kata BHS.
Politisi Gerindra ini menginformasikan bahwa KLHK tercatat memiliki sekitar 20 pesawat pembawa air, tapi kurang aktif melakukan penyemprotan air dan bahkan saya pernah menanyakan kepada Bu Menteri KLHK, menurutnya, mereka kesulitan mendapatkan izin terbang dari Kementerian Perhubungan.
"Ini sangat disayangkan. Karena dengan anggaran Rp8 triliun, seharusnya bisa mencegah karhutla. Anggaran itu jauh lebih rendah, jika dibandingkan paska karhutla yang berdampak pada kegiatan ekonomi misalnya industri, perdagangan, pariwisata, transportasi, kesehatan masyarakat, akibat kebakaran hutan yang tentunya nilai kerugian akibat kurangnya perhatian kementerian KLHK akan jauh lebih besar yang dialami oleh negara dan masyarakat” imbuhnya.
Oleh karena itu, ia sangat berharap pemerintah, melalui berbagai stakeholder, khususnya Kementerian KLHK baik di pusat maupun dinas KLHK di daerah, mulai saat ini melakukan penyiraman. Kalo kita lihat di data BMKG hot spot kebakaran hutan di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimatan, NTB dan NTT kebakaran hutannya semakin meningkat.
Sudah waktunya kita bergerak dibantu oleh semua stakeholder, BNPB, BPBD, BMKG, TNI termasuk Perhutani semuanya bekerja keras untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan tersebut.
Diharapkan kita jangan menggantungkan datangnya hujan untuk mencegah kebakaran hutan tapi pro aktif melakukan pencegahan agar tidak terlanjur terjadi kebakaran hutan yang pernah terjadi di tahun 2015 hingga 22ribu titik kebakaran termasuk hutan-hutan yang ada di Perhutani” tutup BHS