Contoh Teks Khutbah Jumat dengan Tema Bulan Muharam
Simak contoh teks khutbah Jumat dengan tema bulan Muharam yang berjudul Sambut Kedatangan Bulan Muharam.
Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Berikut contoh teks khutbah Jumat yang cocok dibawakan saat menjelang datangnya bulan Muharam.
Contoh teks khutbah Jumat ini berjudul Sambut Kedatangan Bulan Muharam.
Sesuai kalender Hijriah yang dirilis Kementerian Agama (Kemenag), 1 Muharam jatuh pada 8 Juli 2024.
Dalam contoh teks khutbah Jumat ini memuat materi yang menjelaskan bahwa Muharram termasuk empat bulan utama di luar Ramadhan.
Oleh sebab itu, Islam menganjurkan pemeluknya untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai ikhtiar memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Lebih lengkapnya, simak contoh teks khutbah Jumat yang dikutip dari laman UIN Sunan Gunung Djati Bandung berikut ini:
Khutbah Pertama
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ.
أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
Hadirin rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, di atas mimbar, khatib tidak bosan-bosan selalu mengajak kepada jamaah Jumat sekalian untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt, yakni dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Selain itu, bertakwa kepada Allah juga akan menjadikan kemudahan bagi urusan kita, sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an surat At-Talaq ayat 4:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ يُسْرًا
Baca juga: Contoh Teks Khutbah Jumat, 5 Juli 2024: Menjaga Nilai Kemabruran Haji dalam Kehidupan Keluarga
Artinya: Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya (QS At-Talaq: 4).
Hadirin rahimakumullah,
Alhamdulillah saat ini kita berada dalam fase peralihan masa tahun hijriah. Bulan Dzulhijjah sebagai bulan terakhir berganti dengan Muharram sebagai awal bulan tahun hijriah. Pergantian tahun ini tidak boleh dimaknai sebagai pergantian waktu seperti biasanya. Momentum ini memiliki makna dan hikmah mendalam yang jika dimaksimalkan akan membuahkan kesuksesan dan keberkahan dalam hidup. Bergantinya tahun ini harus dijadikan sebagai waktu untuk melakukan muhasabah, evaluasi, introspeksi, terhadap perjalanan hidup selama ini agar ke depan lebih baik lagi.
Pertama: Tidak lama lagi umat Islam akan memasuki bulan Muharram 1446 H. Ini merupakan bulan dalam kalender hijriah yang mengacu pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Karena itulah kita sering mendengar kalender hijriah disebut pula kalender qamariyah (qamar artinya bulan), sedangkan kalender masehi dikenal dengan sebutan kalender syamsiyah (syams artinya matahari). Namun demikian, di balik posisinya sebagai gejala alam tersebut, terdapat keistimewaan-keistimewaan karena agama memang menjadikannya demikian. Islam mengajarkan ada kelebihan-kelebihan tertentu antara satu bulan dengan bulan yang lain dalam kalender hijriah. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 36:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Artinya: Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak semua bulan berkedudukan sama. Dalam Islam ada empat bulan utama di luar Ramadhan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Karena kemuliaan bulan-bulan itulah, Islam menganjurkan pemeluknya untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai ikhtiar memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Mereka didorong untuk memperbanyak puasa, zikir, sedekah, dan solidaritas kepada sesama.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.