Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Kebo Bule pada Kirab Pusaka 1 Suro di Solo dan Maknanya

Kirab Pusaka 1 Suro dilakukan untuk memperingati tahun baru Islam yang jatuh pada 1 Muharram.

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Sejarah Kebo Bule pada Kirab Pusaka 1 Suro di Solo dan Maknanya
TribunSolo.com/Tara Wahyu Nor Vitriani
Putra Mahkota Keraton Solo KGPH Purbaya turun tangan langsung memindahkan lima kebo bule keturunan Kyai Slamet, Selasa (26/7/2022). Lima kebo bule itu dipindahkan dari Kandang Mahesa di Alun-alun Kidul Solo ke kawasan Magangan, Kompleks Keraton Solo. 

TRIBUNNEWS.COM - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat akan mengadakan Kirab Pusaka 1 Suro pada Minggu Kliwon (malam Senin Legi), 7 Juli 2024 pukul 23.59 WIB - Selesai di Solo, Jawa Tengah.

Acara ini dilakukan untuk memperingati tahun baru Islam yang jatuh pada 1 Muharram.

Biasanya, saat kirab, pihak Keraton Surakarta juga akan menampilkan Kerbau Bule atau di Jawa lebih familiar dengan sebutan Kebo Bule.

Disebut kebo bule lantaran warna kulit hewan tersebut warnanya putih agak kemerah-merahan.

Hal ini mirip dengan warna kulit orang bule (turis mancanegara).

Tidak seperti warna kulit kebo pada umumnya, mayoritas berwarna abu-abu gelap.

Kebo Bule tersebut dipercaya membawa berkah dan keselamatan dari Yang Maha Kuasa.

BERITA TERKAIT

Sehingga kemunculannya selalu dinantikan para warga.

Dikutip dari laman Pemerintah Kota Surakarta, kebo bule yang digunakan harus berasal dari keturunan kebo bule Kyai Slamet.

Diketahui, kebo bule Kyai Slamet bukanlah hewan sembarangan.

Pasalnya, ini adalah hewan kesayangan Paku Buwono II, sejak beliau masih berkuasa di Keraton Kartasura.

Baca juga: Doa Awal Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 H: Arab, Latin dan Terjemahan

Sebagai tambahan informasi, Sri Susuhunan Pakubuwana II adalah Susuhunan Mataram kesembilan yang memerintah tahun 1726–1742 dan menjadi Susuhunan Surakarta yang memerintah tahun 1745–1749.

Dahulu, Kebo Bule merupakan pemberian dari Bupati Ponorogo, Kyai Hasan Besari Tegalsari, sebagai hadiah kepada kerajaan yang kala itu mengetahui, Pakubuwono II berhasil merebut kembali Keraton Kartasura dari tangan pemberontak Pecinan.

Nama Kyai Slamet sendiri sebenarnya merupakan nama dari salah satu pusaka berbentuk tombak milik Keraton Kasunanan yang sering dibawa berkeliling tembok Baluwarti setiap hari Selasa dan Jumat Kliwon oleh Pakubuwono X di mana Kebo Bule selalu mengikuti di belakang.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas