Ketua Umum AMI Terharu Terima Gelar Ki Jaga Waruka Sakabumi dari Pendiri Museum Prabu Siliwangi
Gelar tersebut bermakna sosok yang memiliki kepedulian tinggi sebagai pengawal warisan bangsa, dan pusaka luhur nusantara.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Muhammad Zulfikar
Menurut dia, founding fathers dan tokoh-tokoh bangsa sudah menggaungkan komitmen agar berdikari dalam bidang ekonomi. Akan tetapi, kata dia, berdikari dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan juga harus terus dikawal agar betul-betul Undang-undang atau RUU yang diusulkan memayungi baik tentang penemuan cagar budaya melalui UU Cagar Budaya hingga mulai pemajuan kebudayaan dengan UU Pemajuan Kebudayaan.
Baca juga: Ridwan Kamil Sebut Istana Merdeka Bisa Jadi Museum atau Kantor Gubernur Setelah Pindah ke IKN
“Tapi di sisi lain tempat mulai atau rumahnya yang mengandung makna rumah tertinggi kebudayaan, rumah abadi peradaban dan rumah sumber inspirasi, menjadi tempat mulia yang mengawal, menarasikan, menampilkan dan memuliakan seluruh warisan luhur bangsa yaitu tentunya museum ataupun tempat-tempat lainnya yang harus memiliki payung hukumnya," jelas dia.
Kata Putu, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan mampu mengawal memori kultural bangsanya, mengawal sejarah yang begitu besar dan luar biasa, harus terus digaungkan secara berkesinambungan secara komprehensif.
Menurut dia, negara lain seperti Jepang, Tiongkok; juga bangsa-bangsa Eropa antara Perancis, Inggris dan lainnya; juga Amerika Serikat itu penghargaan dari negara dan masyarakat begitu tinggi terhadap seni budaya, serta mampu menampilkan dan menarasikannya.
"Sehingga menjadi destinasi pariwisata dan pendidikan yang utama dan pertama. Dan jika berkunjung ke suatu kota atau negara, tentunya museumlah yang dikunjungi pertama,” ungkapnya.
Maka dari itu, Putu sangat mengapresiasi sosok Ki Fajar Laksana sebagai prakarsa dan sebagai Founder Museum Prabu Siliwangi di Kota Sukabumi, Jawa Barat.
Menurut dia, Ki Fajar merupakan sosok yang sangat luar biasa, aktif dan visioner disamping karena beliau seorang profesor, juga ahli marketing dan sekaligus tokoh spiritual masyarakat yang disegani di wilayahnya. Beliau memiliki pondok pesantren dan juga mengkoleksi berbagai koleksi karya warisan bangsa khususnya budaya dan sejarah sunda.
“Beliau sendiri banyak mengkoleksi karya warisan bangsa yang memang ditampilkan di Museum Prabu Siliwangi. Saya lihat secara langsung, bagaimana pelestarian kebudayaan Sunda itu betul-betul menjadi hidup di pondok pesantren dan Museum Prabu Siliwangi. Anak-anak muda berkesenian, ada pencak silat, seni berhubungan dengan budaya Sunda. Menurut saya, itu semangat luar biasa, jarang ada figur seperti itu. Di sana kita bisa lihat kondisinya sangat hidup suasananya, pencak silat, pondok pesantren dan museum dalam satu kawasan tentu AMI selalu mendukung berbagai peningkatan dan penyempurnaan khususnya yang berhubungan dengan museum,” ujarnya.
Oleh karena itu, Putu mengatakan semua pihak harus turut berjuang bersama memperjuangkan Pemulian dan Pemajuan Permuseuman Indonesia, memperjuangkan seni budaya bangsa, dan terus memperjuangkan agar warisan budaya Indonesia dapat lestari dan mulia. Tentu, dukungan dari Museum Prabu Siliwangi yang mewakili sejarah Sunda ini sangat penting.
“Di mana definisi kebudayaan nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah Indonesia salah satunya dan yang utama adalah kebudayaan Sunda atau Jawa Barat. Dibutuhkan komitmen afirmasi dalam pengawalan pengelolaan seni dan budaya menjadi kekuatan magnet atau kekuatan utama dalam gagasan berbangsa-bernegara. Secara khusus kesuksesan dalam konsep pembangunan ekonomi dan juga kepariwisataan Indonesia juga dilandasi dengan penggaungan seni budaya bangsa,” jelas Ketua Kaukus Air DPR RI (Chairman of Indonesian Parliament Water Caucus).
Maka dari itu, Putu sebagai Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia juga akan mendorong political will dan commitment pemerintahan berikutnya dalam mendukung pelestarian seni budaya dan warisan luhur nusantara melalui museum. Di mana, Museum merupakan rumah tertinggi kebudayaan, rumah abadi peradaban dan rumah sumber inspirasi.
“Juga mendorong agar setiap lembaga dan institusi menarasikan kemuliaan sejarah dan perjalanannya untuk membangun museum dan bisa semua ternarasi mulia di Museum. Indonesia dengan kekayaan khazanah seni budaya dan keragaman flora fauna serta perjalanan dari masa pra sejarah, kerajaan, kemerdekaan dan juga mengisi kemerdekaan hingga saat ini, seyogyanya bisa menjadi negeri sejuta museum. Jas Merah, jangan pernah melupakan sejarah,” pungkasnya.