BPA Dosis Rendah Tetap Berbahaya, Begini Penjelasannya!
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA di masa prenatal mengganggu gen terkait ASD di hippocampus prefrontal cortex, yang memengaruhi viabilit
Penulis: Muhammad Fitrah Habibullah
Editor: Anniza Kemala
TRIBUNNEWS.COM - Senyawa kimia Bisphenol A (BPA) serta bahayanya terhadap kesehatan terus disoroti oleh berbagai pihak.
Terlebih, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) baru saja merilis perubahan regulasi terkait kewajiban pelabelan BPA (Bisphenol A) pada produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) melalui Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024.
Pada Pasal 61A, diatur bahwa air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan plastik polikarbonat harus mencantumkan peringatan dalam label yang berbunyi “dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA pada air minum dalam kemasan”.
Bahaya BPA ini memang telah terbukti lewat berbagai penelitian ilmiah. Salah satunya oleh European Food Safety Authority (EFSA) pada tahun 2015, yang melakukan kajian risiko untuk menginterpretasi tingkat keamanan konsumsi Bisphenol A (BPA).
Penelitian yang dilakukan pada hewan tersebut menunjukkan hasil yang dapat diartikan sebagai bentuk tolerable daily intake (TDI) ke dalam tubuh manusia.
Berdasarkan hasil kajian ini, EFSA memutuskan untuk menurunkan TDI BPA dari yang sebelumnya 50 µg/kg berat badan/hari menjadi 4 µg/kg berat badan/hari, sebuah perbedaan angka yang cukup signifikan.
Hasil keputusan tersebut bukan tanpa alasan. Penurunan TDI ini didasarkan pada bukti bahwa BPA dapat memengaruhi perkembangan kelenjar air susu dan fungsi reproduksi, menyebabkan gangguan metabolisme seperti diabetes dan obesitas, berdampak pada sistem saraf dan perilaku, serta melemahkan sistem imun, yang semuanya berpotensi mengarah pada gangguan kesehatan jangka panjang.
Makin rendahnya nilai TDI ini menunjukkan bahwa margin of safety dari paparan BPA makin sempit. Artinya, BPA memang memiliki tingkat toksisitas yang tinggi dan meskipun masih diizinkan dalam penggunaan tertentu, batas aman konsumsinya dipersempit secara signifikan untuk melindungi kesehatan manusia.
Penurunan TDI ini menegaskan bahwa paparan BPA, bahkan dalam jumlah kecil, dapat memberikan risiko kesehatan yang lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Karenanya, langkah ini diambil untuk memastikan bahwa masyarakat tidak terpapar BPA dalam jumlah yang dapat menyebabkan efek kesehatan yang merugikan.
Menyadari masih maraknya penggunaan BPA yang menimbulkan bahaya yang masif, di akhir tahun 2021, EFSA melakukan re-evaluasi risiko kesehatan akibat BPA yang menetapkan TDI untuk BPA sebesar 0,04 nanogram/kgBB/hari atau 100.000 kali lebih kecil dibandingkan dengan t-TDI yang ditetapkan di tahun 2015.
Serupa dengan EFSA, pada tahun 2021, studi di Department of Clinical Chemistry, Faculty of Allied Health Sciences, Chulalongkorn University, Bangkok, meneliti pengaruh paparan BPA saat kondisi prenatal terhadap gen terkait Autism Spectrum Disorder (ASD).
Penelitian dilakukan pada anak mencit yang induknya terpapar BPA saat hamil, dengan memberikan 5000 μg/kg berat badan induk/hari dari hari pertama kehamilan hingga kelahiran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA di masa prenatal mengganggu gen terkait ASD di hippocampus prefrontal cortex, yang memengaruhi viabilitas saraf, proses pembentukan saraf, dan daya ingat, serta meningkatkan risiko lebih tinggi pada keturunan laki-laki.
Baca juga: Paparan BPA di Masa Kehamilan Bisa Sebabkan Gangguan Perilaku pada Anak, Ini Penjelasannya!
Pentingnya regulasi bebas BPA untuk produsen dan konsumen
Untuk meminimalkan risiko paparan BPA, konsumen dan produsen dapat melakukan berbagai langkah.
Konsumen disarankan mengurangi penggunaan produk yang mengandung BPA, seperti botol plastik kemasan dan wadah makanan, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak. Produsen pun perlu meningkatkan pengawasan dan mulai mengurangi penggunaan BPA dalam produk mereka.
Di saat yang sama, pengesahan regulasi pelabelan BPA oleh BPOM juga menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk melindungi masyarakat, terutama para konsumen AMDK.
Selain itu, edukasi konsumen mengenai bahaya BPA dan cara menghindarinya melalui kampanye edukasi dan informasi yang jelas sangat penting. Salah satunya dengan menggencarkan memilih AMDK yang berbahan dasar bukan dari BPA dan menggunakan bahan selalu baru yang lebih aman bagi kesehatan dan keamanan konsumen.
Baca juga: Ibu Harus Tahu, Ini Bahaya BPA bagi Bumil dan Dampaknya pada Tingkah Laku Anak!