Duduk Perkara Panas Dingin Hubungan PKB-PBNU: Dari Pemilu, Berujung Pansus Angket Haji
Berikut duduk perkara memanasnya hubungan PKB di era Cak Imin dan PBNU era Gus Yahya.
Penulis: Jayanti TriUtami
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Hubungan antar elite Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kembali memanas.
Panas dingin hubungan keduanya bermula saat PBNU berencana membentuk Tim Lima atau panitia khusus (pansus) untuk kembali merebut PKB.
PBNU beralasan, PKB di era kepemimpinan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sudah melenceng dari sejarah pendirian partai.
Selain itu, PBNU juga merasa sebagai pemilik sah PKB.
Sebelumnya, PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin dan PBNU di era KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya sudah beberapa kali bersinggungan.
Di antaranya, saat PKB menggunakan Mars 1 Abad NU.
Kala itu, PBNU kecewa lantaran penggunaan mars tersebut hanya untuk kepentingan politik PKB menjelang Pemilu 2024.
Selain itu, jelang Pemilu 2024 lalu, Gus Yahya juga sempat menyebut bahwa PKB bukan partai yang mempresentasikan NU.
Persoalan PBNU dan PKB kemudian merembet ke persoalan Panitia Khusus (Pansus) Angket Haji 2024 di DPR RI.
Gus Yahya mengkritik keras pembentukan Pansus Angket Haji tersebut.
Ia menduga Pansus Angket Haji dibentuk lantaran masalah pribadi antara Cak Imin dengan dirinya.
Baca juga: Panas Dingin PBNU-PKB hingga Nyerempet ke Menteri Agama dan Istri Cak Imin
Selain itu, Gus Yahya juga menduga Pansus Angket Haji ini mengincar adik kandungnya, Menteri Agama (Menah) Yaqut Cholil Qoumas.
"Jangan-jangan gara-gara menterinya adik saya. Misalnya gitu. Itu kan masalah. Jangan-jangan karena dia sebetulnya yang diincar PBNU, Ketua Umum-nya, kebetulan saya, menterinya adik saya. Lalu diincar karena masalah-masalah alasan pribadi begini," ucap Gus Yahya, dikutip dari Kompas.com, Minggu (28/7/2024) lalu.
Gus Yahya merasa tidak ada masalah dalam penyelenggaraan ibadah haji 2024.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.