Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jokowi Minta Maaf, Pengamat: Kalau sebagai Pemimpin Negara Mekanismenya Beda

Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti, mengomentari permintaan maaf yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada masyarakat.

Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Jokowi Minta Maaf, Pengamat: Kalau sebagai Pemimpin Negara Mekanismenya Beda
Tangkap layar akun Youtube Setpres
Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin, mengikuti Zikir dan Doa Kebangsaan 79 Tahun Indonesia Merdeka di Istana, Kamis (1/8/2024). Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti, mengomentari permintaan maaf yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada masyarakat. 

TRIBUNNEWS.COM - Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti, mengomentari permintaan maaf yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada masyarakat.

Jokowi meminta maaf saat memberikan sambutan dalam acara zikir dan doa bersama menyambut HUT ke-79 RI di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Senin (1/8/2024) lalu.

Menurut Ray, jika yang dimaksud Presiden Jokowi adalah permintaan maaf secara pribadi, maka tak masalah.

Tetapi, apabila permintaan maaf itu sebagai seorang pemimpin negara, maka mekanismenya berbeda.

"Kalau permintaan maaf pribadi sih, ya, boleh-boleh aja di mana pun kan," ujar Ray dalam acara Kompas Petang, dilansir YouTube Kompas TV, Jumat (2/8/2024).

"Tetapi, kalau permintaan maaf sebagai pemimpin negara, ya, mekanismenya beda itu nanti melalui Sidang Umum MPR kan setidaknya tanggal 16 Agustus atau mungkin tanggal 18 Agustus 2024 gitu, itu satu," imbuhnya.

Ray lantas menjelaskan, permintaan maaf personal tak perlu menyebutkan apa saja kekeliruan yang selama ini dilakukan.

BERITA TERKAIT

Namun, apabila maaf itu dalam konteks kebangsaan, maka apa saja kealpaan yang pernah terjadi harus disebutkan.

Pasalnya, tanpa hal itu, perbaikan dan koreksi pada masa mendatang tak akan bisa terwujud.

"Nah, yang kedua, kalau beda yang lain itu kalau permintaan maaf personal itu tanpa harus menyebutkan kira-kira apa sih yang membuat faktor yang dianggap sebagai kekeliruan itu, ya, kealpaan itu gak perlu disebutkan."

"Tetapi kalau dalam konteks kebangsaan, ya, harus disebutkan sebab kalau enggak disebutkan bagaimana kita melakukan koreksinya, bagaimana kita memperbaikinya, bagaimana kita mengatakan bahwa yang seperti ini di masa yang akan datang gak boleh terjadi gitu," ungkapnya.

Baca juga: Presiden Jokowi Minta Maaf ke Rakyat, Projo: Tidak Salah, Ada di Momentum yang Baik

Diberitakan sebelumnya, Jokowi menghadiri acara zikir dan doa bersama menyambut HUT ke-79 RI didampingi oleh Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, dan sejumlah anggota Kabinet Indonesia Maju.

Dalam sambutannya, Jokowi menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan selama menjadi presiden.

"Dalam kesempatan yang baik ini, di hari pertama bulan kemerdekaan, bulan Agustus, dengan segenap kesungguhan dan kerendahan hati, izinkanlah saya dan Profesor K.H. Ma'ruf Amin ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini, khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai Presiden Republik Indonesia dan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia," kata Jokowi.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas