Refleksi 28 Tahun Peristiwa Kudatuli, Sekjen PDIP: Menyerang Sistem Demokrasi dan Gagasan Bung Karno
Hasto Kristiyanto hadiri acara wayangan dengan lakon ‘Sumatri Ngenger’ dalam rangka memperingati 28 tahun peristiwa 27 Juli 1996 atau Kudatuli.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto hadiri acara wayangan dengan lakon ‘Sumatri Ngenger’ dalam rangka memperingati 28 tahun peristiwa 27 Juli 1996 atau Kudatuli.
Dalam kesempatan itu, Hasto berharap dengan menampilkan lakon 'Sumantri Ngenger' ini, semua bisa belajar bahwa suatu peradaban harus dimulai dari sebuah kebaikan.
Adapun yang bertindak sebagai dalang dalam pertunjukan wayang ini yakni Ki Warseno Slank.
Hal itu disampaikan Hasto dalam sambutan pembuka di Halaman Masjid At Taufiq, depan Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (3/8/2024).
"Dengan menampilkan cerita Sumantri Ngenger ini, semoga kita bisa belajar tentang suatu peradaban yang dimulai dari nilai-nilai falsafah tentang kebaikan, tentang bagaimana memayu hayuning bawono (membuat dunia menjadi indah), tentang bagaimana tugas seorang ksatria yang menghadapi berbagai ujian-ujian," kata Hasto.
Politisi asal Yogyakarta ini menyebut, dengan ujian tersebut pemimpin belajar bertanggung jawab dan tak lari dari tugasnya meskipun harus menghadapi resiko yang paling buruk sekalipun.
"Justru dengan ujian-ujian itu, dia akan menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab, pemimpin yang berkarakter, pemimpin yang tidak pernah lari dari tugas-tugasnya, meskipun harus minum pil pahit, harus menghadapi risiko-risiko yang paling buruk sekalipun," ungkap Hasto.
Dia juga menegaskan, peristiwa Kudatuli mengajarkan bahwa itu bukan hanya sebuah serangan fisik semata, tapi sebuah serangan terhadap sistem demokrasi, hukum, serta gagasan-gagasan terhadap sang proklamator bangsa, Soekarno.
"27 Juli telah telah mengajarkan kepada kita, bahwa serangan ke kantor DPP PDI saat itu bukanlah serangan fisik. Ia adalah serangan terhadap Peradaban, ia serangan terhadap sistem demokrasi, serangan terhadap sistem hukum, serangan terhadap seluruh gagasan-gagasan Bung Karno tentang pentingnya kedaulatan berada di tangan rakyat itu," ungkap Hasto.
Dari peristiwa Kudatuli itulah, Hasto meminta khususnya kepada jajaran PDIP untuk tak menyerah memperjuangkan demokrasi, ajaran Bung Karno, dan jalan kebenaran.
"Karena itulah jangan pernah menyerah. Kita adalah partai yang justru digembleng yang semakin kokoh menghadapi tantangan dan ujian-ujian sejarah," tuturnya.
"Untuk itu, selamat menikmati wayang kulit ini. Mari bersama-sama kita gelorakan semangat nasionalisme, patriotisme dengan belajar dari wayang sebagai ritual kehidupan," tutupnya.
Sementara, hadir dalam acara itu, Ketua DPP PDIP Rano Karno, Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soejono, Wakil Bendahara Umum PDIP Yuke Yurike. Hadir pula senior Partai Emir Moeis serta Ketua DPP PDIP nonaktif yang juga Dubes Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi.
Baca juga: Sekjen PDI Perjuangan Hasto Singgung Demokrasi Dikebiri Tetapi Banyak Orang yang Memilih Diam
Ketua DPP PDIP Megawati Soekarnoputri pun menyaksikan pertunjukan wayang melalui daring.
Ratusan masyarakat sekitar Lenteng Agung pun hadir menyaksikan pertunjukan wayang tersebut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.