Agung Laksono Nilai Ucapan Yasril Tak Setuju Bahlil Jadi Ketua Umum Golkar adalah Pandangan Pribadi
Soal tudingan Bahlil bukanlah kader Golkar tulen, Agung mengatakan bahwa pada masa kepemimpinan Aburizal Bakrie, Bahlil merupakan kader Golkar.
Penulis: Reza Deni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, Agung Laksono menyatakan pernyataan Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Yasril Ananta Baharuddin yang tidak setuju jika Menteri Investasi/ Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjadi Ketua Umum Partai Golkar merupakan pernyataan pribadi.
"Bukan keputusan Dewan Pakar Partai Golkar. Dewan Pakar justru melihat beberapa calon ketum yang muncul seperti Agus Gumiwang Kartasasmita, Bambang Soesatyo, dan Bahlil Lahadalia mereka memenuhi syarat," kata Agung Laksono dalam keterangannya, Minggu (18/8/2024).
Baca juga: Ace Hasan Ungkap Bahlil Penuhi Syarat Jadi Ketua Umum Golkar, Sudah Kantongi 30 Persen Dukungan?
Bahkan, Agung melihat Agus Gumiwang Kartasasmita sudah menyatakan tidak akan maju, sedangkan Bamsoet belum pasti akan maju juga.
"Namun Bahlil kelihatannya konsisten untuk terus maju dalam Munas XI Golkar, malah kabarnya 30 persen lebih sudah mendukungnya," kata dia.
Artinya, kata dia, syarat maju sebagai caketum Golkar di Munas XI yakni memiliki dukungan 30 persen lebih sudah dipenuhi.
Baca juga: Punya Sejarah Jadi Kader Senior, AMPI Dukung Bahlil Jadi Ketua Umum Partai Golkar
"Kalau tidak memiliki dukungan minimum 30 persen tentu tidak bisa maju," tegasnya.
Mantan Menko Kesra ini juga menyebutkan dukungan kepada Bahlil di prediksi semakin bertambah.
"Bisa juga dengan dukungan sebesar itu terjadi musyawarah mufakat (Aklamasi) yang dilakukan dengan pengambilan kepeutusan terlebih dahulu," ujarnya.
Soal tudingan Bahlil bukanlah kader Golkar tulen, Agung mengatakan bahwa pada masa kepemimpinan Aburizal Bakrie, Bahlil merupakan kader Golkar.
"Bahlil sudah lama jadi kader Golkar yakni sejak kepengurusan Ketum Pak Aburizal Bakrie menjadi salah satu pengurus di Golkar Papua," kata dia.
Soal Bahlil yang juga disebut-sebut sebagai titipan istana, Agung mengatakan hal itu sama sekali tidak benar.
"Apalagi Pak Jokowi sudah berkali-kali menyatakan tidak ikut campur dalam masalah internal partai," tegasnya.
Dia berharap Rapimnas dan Munas XI berjalan dengan lancar dan tidak ada keributan-keributan.
"Semoga berjalan dengan demokratis dan terjadi musyawarah mufakat. Dulu terpilihnya pak Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar juga berdasarkan. Musyawarah Mufakat," bebernya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golongan Karya (Golkar) Yasril Ananta Baharuddin menyebut Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia merupakan bagian dari tokoh intervensi penguasa terhadap dinamika Golkar.
“Kalau dari situ ya tentu saja (bentuk intervensi kekuasaan),” kata Yasril saat berbincang dengan Tribunnews.com, Kamis (15/8/2024).
Dia menjelaskan hal ini dapat merusak tatanan sistem partai politik di Indonesia.
Sehingga Yasril tidak setuju, apabila Bahlil menjadi Ketua Umum (Ketum) Golkar.
Menurutnya, banyak yang lebih layak menjadi Ketum Golkar.
Baca juga: Bahlil Minta Publik Tunggu Munas soal Isu Dirinya Jadi Calon Tunggal Ketum Golkar
Yasril menyebut dua nama yakni Bambang Soesatyo (Bamsoet) dan Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Kalau saya pribadi tidak setuju (Bahlil jadi Ketum Golkar). Masih banyak calon calon lain di dalam yang bagus seperti pak Agus Gumiwang, pak Bambang Soesatyo," ucap Yasril.
Selain itu, Yasril menyebut politikus muda Golkar Dave Laksono.
Dia menilai, Dave sosok muda yang dapat memimpin Partai Golkar dengan baik.
Bahkan ia mengatakan beberapa yang lain lagi yang bagus-bagus.
Serta mempunyai semangat idealisme dan nasionalisme yang kuat.
“Ada beberapa yang lain lagi yang bagus-bagus, yang masih punya semangat idealisme dan nasionalisme yang kuat yang tujuannya untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk kepentingan sesaat seperti banyak sekarang hanya mencari kekuasaan lalu mencari duit, selesai,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan sistem seperti ini dapat merusak sistem dan mekanisme ketatanegaraan maupun organisasi pada politik.
Di sisi lain, Yasril mempertanyakan rekam jejak Bahlil di Golkar.
Menurutnya untuk menjadi Ketum, kepemimpinan seorang calon harus diuji.
“Persyaratannya kan tidak sempurna yang kita sebutkan jenjangnya di Golkar. Kalaupun secara sepihak dikatakan oleh Pak Idrus Marham dia terbukti pernah jadi bendahara Golkar di Papua dan dia yang tanda tangan pak Aburizal, ya memang harus ada ketua umum dan sekjen tanda tangan,” tambahnya.
Terlebih, Bahlil pernah menyatakan tidak mewakili di saat awal menjabat sebagai Menteri Investasi.
Ia menyebut catatan-catatan itu akan menjadi rekam jejak sebelum pemilihan Ketum Golkar di Munas nanti.
Sebagai informasi, Munas Golkar yang akan didahului Rapimnas pada 20 Agustus 2024 mendatang, diputuskan dalam Rapat Pleno pada Selasa (13/8/2024) lalu.
Nama Bahlil Lahadalia Menguat Jadi Ketum Golkar
Diketahui, penunjukkan plt ketua umum (ketum) dilakukan karena Airlangga Hartarto mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar.
"Menunjuk Plt Ketum. Saya kenalkan dulu. Rapat pleno mengesahkan Plt Ketum yang terhormat Bapak Agus Gumiwang Kartasasmita," ujar Ketua DPP Golkar Meutya Hafid dalam jumpa pers di kantor DPP Golkar, Jakarta Barat, Selasa malam, dikutip dari Kompas.com.