Festival Bedhayan ke-4, Menjunjung Tinggi Mahakarya Budaya Nusantara
Dalam Bedhayan, pakem-pakem atau aturan baku berupa syarat-syarat khusus yang berlaku pada bedhaya menjadi fleksibel.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Muhammad Zulfikar
Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM - Festival Bedhayan 2024 kembali digelar di Jakarta, setelah tahun lalu sukses diselenggarakan di Yogyakarta. Kali ini, panitia dari Laskar Indonesia Pusaka dan Jaya Suprana School of Performing Arts bersama Swargaloka, menggelar di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Minggu (18/8/2024).
Aylawati Sarwono, selaku ketua Umum acara Festival Bedhayan, didampingi Shari Semesta Susilo (Media dan Komunikasi), menjelaskan Bedhaya yang merupakan warisan tarian sakral yang awalnya hanya diperuntukkan di lingkungan keraton saja.
Baca juga: Menteri Perpaduan Malaysia: Warisan Seni Budaya Malaysia dan Indonesia Serupa Tapi Tak Sama
Pada perjalanannya, Bedhaya mengalami perkembangan yang membawa beberapa perubahan yang menyesuaikan ruang dan waktu serta tujuan pementasan.
"Pergeseran tersebut membawa istilah bedhaya yang mulanya dikhususkan bagi keraton dan dipenuhi syarat-syarat khusus lainnya mendapatkan istilahnya yang baru, yaitu “Bedhayan”." kata Aylawati Sarwono.
Baca juga: Festival Budaya Lembah Baliem, Tradisi Leluhur Jayawijaya Jadi Daya Tarik Wisata
Hadir juga dalam konferensi pers Suryandoro, (penasihat) dan Rini Indriaswari. Panitia Festival Bedhayan dari kiri Suryandoro (penasihat), Rini Indriaswari, Aylawati Sarwono, (Ketua Umum acara Festival Bedhayan, Direktur Utama MURI & Jaya Suprana School of Performing Arts) dan Shari Semesta Susilo, Media dan Komunikasi.
Bedhayan akhirnya bisa dinikmati dan ditarikan oleh umum serta diharapkan mampu menampung kreativitas para pecinta bedhaya di berbagai kalangan dan usia dalam melestarikan tarian yang telah ada tersebut.
Gerakan dalam tarian ini, kata Aylawati, sangat bagus untuk kesehatan karena a di a olahraga, olah pikiran dan pernapasan. "Seperti senam Yoga di India dan Taichi di Cina. Indonesia juga punya yang merupakan warisan leluhur yaitu Bedhayan. " kata Aylawati.
Dalam Bedhayan, pakem-pakem atau aturan baku berupa syarat-syarat khusus yang berlaku pada bedhaya menjadi fleksibel.
Acara ini turut didukung oleh BCA, Bakti Budaya Djarum Foundation, dan Sinar Mas. Pra-acara Festival Bedhayan 2024 diisi dengan Lokakarya Ragam Gerak Putri Gaya Surakarta oleh maestro tari Theodora Retno Maruti pada 2 Agustus 2024 di Auditorium Ki Nartosabdho, Jaya Suprana Institute.
Menampilkan 15 grup tari, Festival Bedhayan 2024 menghadirkan 5 pengamat budaya serta akademisi tari yang terdiri dari GKR Wandansari Koes Moertiyah, KP Sulistyo S. Tirtokusumo, Wahyu Santoso Prabowo, S.Kar., M.S., Dra. M. Heni Winahyuningsih, M.Hum., dan Theodora Retno Maruti.
Pada pembuka acara, diluncurkan “Buku Cipta Bedhayan Terhadap Karya Musik Jaya Suprana” yang merupakan inisiatif Aylawati Sarwono untuk menuliskan segala sesuatu terkait karya Bedhayan berdasarkan inspirasi dari lima karya komposisi piano Jaya Suprana.
Baca juga: Bentor School Ride di Gorontalo: Maxim Ajak Siswa Rayakan HUT Kemerdekaan RI dan Lestarikan Budaya
Komposisi tersebut diaransemen ke dalam bentuk orkestra gamelan oleh Prof. Dedek Wahyudi dan Lukas Danasmoro.
Lima komposisi piano Jaya Suprana yang menginspirasi terciptanya bedhayan ini adalah Tembang Alit, Uro-Uro, Aduhai Indonesia, Trireminiskensa, dan Terima Kasih Ayla.
Sukma Lima Karya Bedhayan ini turut dituliskan dengan detil oleh sang koreografer Maestro Dewi Sulastri dan Lila Noviastantri agar dapat dipelajari dan ditarikan oleh semua masyarakat pecinta Bedhayan sehingga dapat memperkaya kancah tari Jawa klasik.
Buku ini dipersembahkan untuk mendirgahayu 75 tahun Jaya Suprana dan seluruh teman-teman pecinta Tari Jawa.