Autonomous, AI Hingga Satelit Diprediksi Jadi Tren Industri Teknologi Perang Masa Depan
sistem autonomous tidak hanya dalam arti UAV atau drone alias pesawat tanpa awak melainkan juga menyangkut robot-robot taktikal.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Operasional PT Len Industri Tazar Marta Kurniawan memprediksi sejumlah teknologi akan menjadi tren industri pertahanan atau peperangan di masa depan.
Setidaknya, terdapat tiga teknologi yang diramalkan akan menjadi tren.
Baca juga: Israel Mau Perang Besar, Lebanon Bersiap Keadaan Darurat: Ratusan Rumah Sakit Siaga Tinggi
Pertama, kata dia, adalah teknologi autonomous atau nirawak.
Ia menjelaskan sistem autonomous tidak hanya dalam arti UAV atau drone alias pesawat tanpa awak melainkan juga menyangkut robot-robot taktikal.
Robot-robot taktikal tersebut diprediksi bakal memiliki kemampuan menjelajahi medan perang di darat sehingga memudahkan pasukan infanteri atau kavaleri di Angkatan Darat.
Baca juga: Benjamin Netanyahu Berupaya Menipu ICC dengan Penyelidikan Bertahap atas kejahatan Perang di Gaza
Hal itu disampaikannya saat Media Gathering di kawasan Jakarta Selatan pada Jumat (13/9/2024).
"Teman-teman pernah lihat nggak? Contohnya saja kalau nonton (film) Transformer itu kan ada yang kayak serangga yang jalan-jalan begitu. Itu nggak mustahil nanti di Angkatan Darat memerlukan itu," kata dia.
"Autonomous, bisa mengintai, bisa jalan. Kalau terbang kan ketahuan. Kalau ini kan jalan pakai energi listrik, baterai, bisa bergerilya menghadapi medan-medan yang belukar segala macam. Itu teknologi autonomous," sambung dia.
Kedua, kata dia, adalah teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Teknologi AI, kata dia, sangat penting.
Ia mencontohkan hal tersebut dengan teknologi radar.
Ke depannya, kata dia, teknologi radar akan dikembangkan dengan AI sehingga memiliki kemampuan untuk tidak hanya mengidentifikasi objek melainkan juga mampu memprediksi manuver dari objek tersebut.
Baca juga: Sebut Netanyahu sebagai Mesin Perang, Senator AS Desak Pemerintah Hentikan Bantuan Uang untuk Israel
Sekarang, kata dia, radar berteknologi AI tersebut tidak hanya digunakan untuk pesawat tempur melainkan juga di laut bahkan di dalam laut.
"Kalau pesawat musuh dia itu menghilangkan ciri-cirinya sedemikian rupa. Ciri-cirinya nggak ketahuan, objeknya saja terbang kita tahu bentuknya," kata dia.
"Teknologi AI-lah yang bisa mendeteksi bahwa yang terbang ini, adalah pesawat ini, registrasi ini, pilotnya si ini. Dan yang lebih canggih lagi apa? Kalau dia sudah tahu (objeknya) dia mendeteksi (menggunakan) AI-nya, berarti pesawat ini kalau dalam kondisi seperti ini dia akan terbangnya seperti ini," sambung dia.
Ketiga, kata dia, teknologi satelit.
Teknologi tersebut, kata dia, berkaitan juga dengan siber.
Ke depannya, kata dia, bukan tidak mungkin ruang antariksa menjadi palagan perang baru mengingat seiring perkembangan teknologi, satelit juga dapat digunakan untuk kepentingan pertahanan atau perang.
Jadi peperangan di dunia space (antariksa), space warfare namanya. Satelit-satelit itu bagaimana caranya kita tembak-tembakin yang memang memata-matai. Itu satu matra yang tidak bisa ditembus lho sama Angkatan Udara," kata dia.
"Itu kalau teman-teman lihat itu akan menjadi medan perang lagi nantinya. Makanya perlu satelit," sambung dia.