BPIP dan MPR Datangi WNI di Jerman Agar Tidak Lupa dengan Pancasila
Pejabat dari BPIP dan MPR menemui Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Hamburg, Jerman guna melakukan penguatan ideologi Pancasila agar masyarakat
Penulis: willy Widianto
Editor: Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia kunjungan kerja (kunker) ke Hamburg, Jerman.
Pejabat dari BPIP dan MPR menemui Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Hamburg, Jerman guna melakukan penguatan ideologi Pancasila agar masyarakat Indonesia yang ada di Hamburg memahami ideologi negara yang harus dijaga, dipahami, diajarkan, dipelajari dan diaktualisasikan.
“Kegiatan ini bagian dari internasionalisasi Pancasila. Sebab, Pancasila sendiri telah diakui sebagai Memory of the World oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),” ujar Dewan Pakar BPIP, Darmansyah Djumala, dalam pernyataannya, Jumat(13/9/2024).
Darmansyah menyebutkan, pimpinan umat Katolik dunia, Paus Fransiskus, pun sempat menyampaikan rasa kagumnya terhadap Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah mengaku sangat senang mendapat penugasan (undangan) dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hamburg, Jerman. Hal ini untuk menguatkan ideologi Pancasila di luar negeri, terutama di Hamburg, Jerman.
Basarah yang juga didapuk sebagai ketua rombongan mengaku sangat senang mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan masyarakat Indonesia yang ada di Hamburg. Hal ini berkaitan dengan menguatkan silaturahmi dan rasa cinta tanah air masyarakat Indonesia yang ada di luar negeri.
“Dengan kegiatan ini, Sila ketiga Pancasila Persatuan Indonesia sedang bekerja sebab menyatukan masyarakat Indonesia yang ada di Hamburg Jerman dari berbagai latar belakang profesi, suku, agama, pelajar dan lainnya untuk kembali memahami apa arti Pancasila,” ujar Basarah.
Baca juga: 155 WNI Terancam Hukuman Mati, Kemlu RI: Mayoritas Berada di Malaysia
Sementara itu, KJRI di Hamburg, Renata Siagian menyambut langsung rombongan dari BPIP dan MPR di bandara internasional Hamburg.
Menurut Renata, memang pihaknya yang mengundang BPIP dan MPR RI ke Jerman.
“Kami (Konjen) memang mengundang BPIP dan MPR RI, untuk menguatkan ideologi Pancasila bagi masyarakat Indonesia yang ada di wilayah kerja Konjen RI Hamburg," terang Renata.
Renata menjelaskan, KJRI Hamburg merupakan salah satu dari tiga perwakilan RI yang berada di Republik Federasi Jerman (RFJ) bersama KBRI Berlin dan KJRI Frankfurt.
Wilayah kerja KJRI Hamburg meliputi wilayah Jerman bagian Utara dan Barat Laut dengan dua kota setingkat negara bagian dan memiliki status negara bagian khusus (Free Hanseatic City), yaitu Hamburg dan Bremen, dan dua negara bagian, yaitu Niedersachsen dan Schleswig-Holstein.
Secara geografis, keempat negara bagian tersebut berbatasan dengan Laut Baltik, Laut Utara, serta memiliki akses di salah satu sungai penting Jerman, yaitu Sungai Elba.
Baca juga: BMKG Tegaskan Fenomena Awan Tsunami Tak Ada Kaitannya dengan Potensi Gempa atau Hal-hal Mistis
Lebih lanjut Renata menginfokan, dari aspek ekonomi, keempat negara bagian itu memiliki keunggulan dalam industri penerbangan (Airbus dan Lufthansa Technik), maritim (Meyer Werft dan Hapag Lloyd), otomotif (Volkswagen dan Mercedes-Benz), logistik (Hermes), life sciences, serta energi baru dan terbarukan. Sementara dari aspek sosial-budaya, wilayah kerja KJRI Hamburg menjadi lokasi bagi pusat riset, lembaga pendidikan, maupun institusi think tank yang berkualitas.
“Komposisi masyarakat Indonesia di wilayah kerja KJRI Hamburg cukup beragam dengan kalangan pelajar/mahasiswa menempati jumlah terbesar (38 persen), kemudian diikuti oleh kelompok Ibu/Bapak rumah tangga (17 persen) dan karyawan/profesional (12%). Selebihnya adalah dari kalangan dosen/akademisi, dokter, perawat, koki, rohaniawan, pensiunan dan lainnya,” terangnya.
Dengan berkembangnya jumlah WNI di Jerman Utara, lanjutnya, hingga saat ini, tercatat sekitar 45 organisasi kemasyarakatan yang cukup aktif yang berada di wilayah kerja KJRI Hamburg. Organisasi kemasyarakatan.
“Dalam beberapa pertemuan dengan masyarakat, KJRI menerima masukan mengenai concern orang tua yang menginginkan anak-anaknya dapat belajar Bahasa Indonesia, mengenal budaya dan nilai-nilai bangsa Indonesia, tanpa menutup diri terhadap hal-hal positif yang mereka pelajari di Jerman. Kurangnya pemahaman terhadap budaya Indonesia menyebabkan mereka yang lahir di Jerman menjadi kurang peka terhadap isyarat sosial dari keluarga mereka sendiri, maupun ketika berinteraksi dengan keluarga di tanah air, termasuk Ideologi Pancasila,” ungkapnya.