Mengapa Ide Bunuh Diri Bisa Muncul? Berikut Penjelasan Dokter
Di Asia rasio kerentanan bunuh diri antara laki-laki dan perempuan tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Dokter spesialis kejiwaan Universitas Airlangga (UNAIR) Damba Bestari Sp KJ, menuturkan, ide ingin bunuh diri merupakan sebuah gejala yang sering terjadi, utamanya bagi mereka yang memiliki banyak masalah dalam kehidupannya.
Meski demikian, keinginan untuk mengakhiri hidup ini terjadi tidak hanya pada orang yang sedang depresi saja.
Namun orang yang paling rentan untuk melakukan bunuh diri adalah mereka yang memiliki riwayat bunuh diri sebelumnya.
“Jumlah kematian karena bunuh diri secara global lebih rentan terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan” jelasnya dalam podcast Unair yang dikutip Jumat (13/9/2024).
Baca juga: Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Ini Tanda Orang Ingin Mengakhiri Hidup, Tolong Jangan Diabaikan
Ia menjelaskan, ide bunuh diri biasanya muncul pada usia belasan hingga dua puluh tahunan.
Dan kemudian, keinginan itu muncul pada orang-orang lanjut usia. Terlebih pada mereka yang berusia di atas tujuh puluh lima tahun.
“Pengaruh usia dalam usia bunuh diri juga dipengaruhi basic insting sebagai manusia, yakni keterhubungan dan orang di atas 75 tahun cukup kesepian dan mungkin lebih banyak teman-temannya sudah pergi dahulu atau mungkin mereka juga memiliki penyakit kronis,” ungkapnya.
Dokter spesialis kejiwaan itu juga menyampaikan bahwa di Asia sendiri rasio kerentanan bunuh diri antara laki-laki dan perempuan tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan.
”Di Asia dan hanya di asia sendiri, rasio kerentanan laki-laki dan perempuan bunuh diri tidak terlalu beda jauh,” ungkapnya.
Selain faktor usia dan gender, gejala ide bunuh diri dapat muncul dari riwayat keluarga dan genetik.
“Namun, hal ini masih menjadi perdebatan apakah itu memang genetik, secara biologis sudah terekam dalam DNA atau memang yang menurun gangguan mentalnya atau mungkin malah proses belajar, seperti bunuh diri jadi sebuah Coping Mechanism,”tegasnya.