Cara ABC WoodenToys Lindungi Penyandang Disabilitas:Beri Ruang Berkreasi hingga Proteksi di Masa Tua
ABC WoodenToys adalah produsen mainan edukatif berdiri sejak 14 Mei 2003, dan Rita beserta sang suami berkomitmen merangkul penyandang disabilitas .
Penulis: Isti Prasetya
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - "Mas Agus, tolong untuk puzzle pesawat dibikin 5 set, huruf hijaiyah 3 set ya, nggak usah kesusu.”
"Pelan-pelan saja, satu per satu," kata Rita kepada Agus di bengkel kerja Anak Bangsa Cerdas (ABC) WoodenToys di Gedongkiwo, Yogyakarta akhir Juni 2024 lalu.
Tak jauh dari Agus, ada Topan, pemuda 20 tahunan yang tengah mengampelas balok-balok kayu.
Pesan khusus juga disampaikan Rita kepada Topan, pekerja di bagian ampelas dan cat, hanya saja instruksi kali ini disampaikan melalui tulisan.
"Ampelas lebih halus, masker dan sarung tangan selalu dipakai," tulisnya di selembar kertas.
Instruksi dengan bahasa yang sederhana, jelas dan spesifik diberikan Rita Indriana, pemilik ABC WoodenToys kepada pekerjanya di workshop ABC WoodenToys beberapa bulan lalu lalu.
ABC WoodenToys dijadwalkan mengikuti Jakarta Fair Kemayoran (PRJ 2024) pada tanggal 25 Juni - 1 Juli 2024, sehingga harus mempersiapkan produk yang maksimal untuk pameran sejak pertengahan Juni 2024.
Kesabaran dan sifat keibuan dikedepankan Rita dalam memberikan instruksi ke karyawan untuk memproduksi mainan edukasi atau Alat Peraga Edukatif (APE). Pasalnya, hampir separuh karyawannya adalah penyandang disabilitas, sehingga memerlukan perhatian lebih.
Dua karyawan, Agus dan Topan adalah lulusan dari Sekolah Luar Biasa (SLB) dari wilayah Jogja yang Rita rekrut untuk jadi anggota "keluarga" ABC Wooden Toys.
Agus adalah lulusan dari SLB-C atau penyandang tunagrahita, sementara Topan lulusan SLB-B atau penyandang bisu dan tuli dari SLB di Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Komunikasi harus jelas, harus ngemong dan sabar agar pesan yang saya sampaikan bisa dipahami baik melalui perkataan maupun melalui tulisan,” kata cerita pemilik ABC WoodenToys, Rita Indriana saat ditemui Tribunnews.com di galeri ABC WoodenToys di Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta, Jumat, 27 September 2024.
Rangkul Penyandang Disabilitas dan Beri Ruang Berkreasi
ABC WoodenToys adalah produsen mainan edukatif berdiri sejak 14 Mei 2003, dan Rita beserta sang suami berkomitmen merangkul penyandang disabilitas untuk bersama-sama berkarya di ABC WoodenToys.
Latar belakang sang suami yang merupakan pengajar Kriya di SLB di Kota Yogyakarta menjadi salah satu faktor penentu. Dari pengamatan sang suami, banyak lulusan SLB yang mempunyai keahlian tapi masih dipandang sebelah mata di dunia kerja, bahkan tidak mendapat tempat untuk unjuk kebolehannya.
"Kami berkomitmen memberikan kesempatan kepada teman-teman berkebutuhan khusus untuk bisa berkarya di sini, dari awal kami ingin ada karyawan dari penyandang disabilitas, jadi sekalian membuat lapangan kerja untuk mereka,” lanjutnya.
Rita menceritakan, ada masa pendampingan intensif selama 6 bulan, hingga akhirnya karyawan disabilitas tersebut bisa bekerja secara mandiri. Setelah proses adaptasi dan pembelajaran yang tak henti, karyawan penyandang difabel di ABC WoodenToys kini bisa jadi andalan.
ABC WoodenToys sudah bisa memproduksi ratusan APE dengan penjualan di seluruh Indonesia maupun mancanegara dengan 10 karyawan tetap, 4 karyawan di antaranya adalah penyandang difabel.
Keempat karyawan penyandang difabel tersebut ada di bidang produksi.
"Yang difabel namanya Mas Agus, Mas Topan, Mas Bagus, dan Mas Suryadi," kata Rita.
Rita dan suami ingin menepis anggapan kaum difabel tidak bisa bekerja dengan baik di dunia kerja.
"Sebenarnya untuk kualitas hasil produksi sama saja, malah teman-teman (disabilitas) bisa lebih fokus dan tekun untuk mengerjakan sesuatu, hanya harus pelan-pelan dan satu per satu," jelasnya.
Meski demikian, target pembuatan APE sebanyak 300 - 400 buah per bulan bisa dipenuhi tanpa ada kendala. “Pas peak season dan kejar target pameran, kami bisa produksi hingga 1.000-an buah mainan edukatif, itu juga bisa terpenuhi tanpa harus ngoyo atau membebani karyawan,” jelas Rita.
Stigma lain yang ingin ia ubah adalah penyandang difabel sering dianggap jadi beban keluarga karena tak bisa mandiri di kehidupan sehari-hari.
“Beberapa karyawan kami sudah terbukti tidak jadi beban bagi keluarga, bahkan bertransformasi jadi tulang punggung keluarga.”
“Misalnya Mas Topan, ibunya adalah buruh cuci pakaian, sekarang setelah Mas Topan settle di sini, ia sudah bisa “memaksa” sang ibu untuk mengurangi pekerjaannya sebagai buruh cuci dengan memberikan ke keluarga gaji yang ia terima dari sini,” terang Rita.
Contoh lain adalah Agus yang baru saja membeli sebuah sepeda motor seharga puluhan juta secara tunai.
“Saya dan suami tentu senang, teman-teman itu bisa membantu keluarga dan bahkan beli motor secara cash,” kata dia.
Rita dan suami tak ingin lulusan SLB hanya berakhir menjadi pengamen atau pengemis tanpa bisa memanfaatkan keahlian yang didapatkan ketika bersekolah di dunia nyata.
APE buatan ABC WoodenToys sudah memiliki standar Standar Nasional Indonesia (SNI) yang meliputi bentuk mainan, cat pelapis, dan teknik penyambungan yang dipastikan aman untuk anak-anak ataupun pengguna lain seperti pasien yang menjalani terapi kesehatan tertentu.
Rita mengatakan produknya sudah mendapatkan sertifikat SNI sejak tahun 2015.
Mainan edukatif asli Jogja ini juga telah dijual di pasar dalam maupun luar negeri. “Kami sempat ikut pameran di Malaysia dan Australia, ada juga order dari situ,” ungkap Rita.
Area pemasaran semula di Yogyakarta kini telah berkembang ke Aceh, Medan, Batam, Pekanbaru, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Semarang, Solo, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Kupang, Papua Barat, Manado, hingga Makassar.
Perusahaan yang bervisi Mewujudkan Anak Bangsa Cerdas dengan Alat Permainan Edukatif Bersama Difabel ini awalnya hanya membuat puzzle, namun kini jenis mainan semakin banyak dan beragam.
Misalnya permainan labirin, kereta, menara, balok, dan alat bantu terapi kesehatan, dam di tahun 2024 ini sudah memproduksi lebih dari 300 jenis mainan edukatif.
Perlindungan Hingga Hari Tua
Selain mengangkat derajat penyandang disabilitas dengan memberikan ruang untuk berkarya, ABC WoodenToys “memaksa” karyawannya untuk turut serta dalam program BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan atau BPJAMSOSTEK.
Di program BPJS Ketenagakerjaan, semua karyawannya diwajibkan ikut di semua jaminan yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP).
Ia mewajibkan semua karyawan mengikuti BPJS Ketenagakerjaan sejak 2006.
“Karena ketika bekerja jika ada yang amit-amit terkena musibah atau alangan, nah itu bisa diklaim ke BPJS, hari apes kan tidak ada di kalender, makanya kami sedia payung sebelum hujan,” kata Rita.
“Apalagi perlindungan di JKK, juga mencakup ketika pekerja perjalanan menuju kantor kena musibah ya ditanggung, jadi paket lengkap dari rumah ke kantor, selama di kantor hingga balik ke rumah lagi,” tambahnya.
Ia juga memastikan meski karyawan penyandang difabel berkarya di bagian produksi, proses produksi dipastikan aman.
“Misalnya mesin gergaji itu sudah ada pengamannya, jadi aman, kalau amit-amit ada kejadian ada pengaman lain yakni BPJS, meski kami bersyukur dari awal sampai sekarang tidak pernah ada kejadian kecelakaan kerja,” ujarnya.
Semua pihak, lanjut Rita bisa tenang dan berkarya dengan maksimal karena adanya perlindungan menyeluruh dari BPJS Ketenagakerjaan.
Rita mengakui ada tantangan tersendiri untuk meyakinkan karyawan agar mau mengikuti program dari BPJS Ketenagakerjaan ini.
“Yang pertama kan dari gaji mereka juga ada potongan walaupun sedikit, itu kami jelaskan bahwa potongan gaji itu nantinya akan kembali ke masing-masing individu sesuai dengan peruntukannya, misal JHT ya nanti pas sudah pensiun dapat banyak manfaat, nanti dapat “gaji” meski sudah tak bekerja lagi di sini,” ungkap Rita.
Menurutnya, para karyawan akhirnya mengerti dengan manfaat yang didapatkan ketika mengikuti program dari BPJS Ketenagakerjaan. “Rata-rata karyawan kami ikutnya lama, jadi harapannya masa kerja lebih dari 15 tahun dan bisa dapat manfaat dari Jaminan Pensiun untuk masa tua mereka,“ harap Rita.
Dana dari Jaminan Pensiun itu diharapkan bisa menopang kesejahteraan para pekerja di masa tua mereka meski sudah tidak produktif bekerja.
Meski perusahaan juga harus wajib membayar iuran, Rita mengaku tidak keberatan karena menganggap semua itu adalah investasi bukan biaya.
“Jika disikapi biaya kan berat, kalau investasi pada akhirnya kan kembali ke semua pihak,” tegasnya.
Rita mencatat, ada tujuh karyawan difabel yang pernah bekerja di usaha yang punya slogan Mainan SNI Bersama Difabel ini. Adapun dua orang karyawan sudah menikah sehingga keluar dari pekerjaannya dan satu pensiun di tahun 2020 lalu.
“Mas Hery yang pensiun 2020 itu juga sudah dapat JHT, pencairannya waktu itu juga gampang, yang penting berkas lengkap, tak berapa lama bisa cair,” ungkap Rita.
ABC WoodenToys berharap semua karyawan saat umur pensiun tetap mendapatkan pendapatan bulanan dan tetap sejahtera di masa tua.
Sikap ABC WoodenToys yang mengikutkan pekerjanya di program BPJS Ketenagakerjaan atau BPJamsostek ini pernah mendapatkan Penghargaan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yakni Anugerah Paritrana yang diserahkan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2019.
ABC WoodenToys diganjar penghargaan sebagai satu di antara UMKM di Yogyakarta yang mengikutsertakan karyawannya dalam program BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS Ketenagakerjaan Jogja Komitmen Mudahkan Pelayanan
Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Yogyakarta, Rudi Susanto, mengatakan BPJS Ketenagakerjaan berkomitmen memberikan kemudahan akses terhadap pekerja yang akan mencairkan haknya, misalnya pada program Jaminan Hari Tua (JHT).
“Dan kami juga menghimbau bagi peserta yang terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan, pada usia 56 tahun sudah bisa mulai mencairkan haknya,” katanya .
“Klaim JHT dapat dicairkan melalui beberapa cara, diantaranya adalah via online, dengan mengakses website Lapak Asik ataupun dengan menggunakan aplikasi Jamsostek Mobile (JMO), khususkan untuk saldo JHT sampai dengan Rp 10 juta,” sambungnya.
Data BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Yogyakarta, klaim Jaminan Hari Tua (JHT) telah dicarikan senilai Rp 346,86 miliar pada semester I 2024, kepada 29.663 tenaga kerja.
Selain JHT, BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki beragam program jaminan sosial ketenagakerjaan lainnya, seperti Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Pensiun, Jaminan Kematian, hingga Jaminan Kehilangan Pekerjaan.
Beragam program tersebut dapat dimanfaatkan pekerja yang mengalami risiko sosial ekonomi.
“Ketika pekerja mengalami risiko sosial ekonomi, BPJS Ketenagakerjaan dengan programnya, ada Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, Jaminan Kematian, dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan, semua program bisa dimanfaatkan dan akan sangat membantu,” terangnya.
Bahkan program BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi salah satu instrumen penting dalam penanggulangan kemiskinan.
“Ketika pekerja meninggal dan sudah mempunyai keluarga, dengan program jaminan sosial, mereka bisa mendapatkan santunan, biaya pemakaman, hingga beasiswa untuk anak-anak mereka. Setidaknya ekonomi keluarga yang ditinggalkan tidak mengalami kesulitan dengan adanya manfaat program BPJS Ketenagakerjaan,” lanjutnya.
Mengingat besarnya manfaat BPJS Ketenagakerjaan, pihaknya bakal melakukan edukasi secara masif.
Tujuannya untuk memastikan seluruh pekerja terlindungi program BPJS Ketenagakerjaan.
“Kami juga terus berupaya meningkatkan jumlah cakupan kepesertaan dengan melakukan berbagai upaya. Misalnya, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan badan usaha lainnya, dan menjangkau masyarakat, khususnya BPU (bukan penerima upah) yang belum tercover,” imbuhnya.
Rudi Susanto menambahkan hingga akhir tahun 2024 target capaian kepesertaan untuk pekerja mandiri meningkat hingga 37 persen. Penambahan tersebut setara dengan 400ribu peserta baru di segmen pekerja mandiri atau pekerja bukan penerima upah.
“Kami banyak dibantu oleh Pemda DIY bersama pemerintah kabupaten/kota. Ada komitmen dari Pemda DIY untuk mencorong coverage menjadi 37 persen hingga akhir 2024,” katanya.
Ia menyebut ada dua tantangan besar yang dihadapi oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk meningkatkan capaian kepesertaan.
Tantangan pertama ialah pembayaran. Menurut dia, meskipun iuran paling rendah ialah Rp16.800, namun ada pekerja rentan yang belum bisa melakukan pembayaran.
Tantangan kedua berkaitan dengan kesadaran, terutama bagi pekerja informal.
Sama seperti asuransi, perlindungan BPJS Ketenagakerjaan bisa berjalan ketika terjadi kecelakaan kerja. "Pekerja merasa belum jadi kebutuhan. Karena seperti proses asuransi, kalo terjadi risiko perlindungannya berjalan. Kesadaran pekerja masih kurang, sehingga ini menjadi tantangan besar," terangnya.
Untuk itu, pihaknya menggandeng pemerintah agar bisa mendorong dari sisi regulasi pekerja rentan, selain itu, pihaknya juga bakal masif melakukan sosialisasi bersama stakeholder lain, dengan tujuan masyarakat dapat mengetahui manfaat paripurna BPJS Ketenagakerjaan. (*)