Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kreasikan Mainan Edukatif Lokal Bersama Penyandang Difabel, ABC Woodentoys Sukses Go International

Peluang itu diejawantahkan menjadi ABC Woodentoys, UMKM yang menyediakan mainan edukatif untuk murid PAUD, TK, dan Anak Berkebutuhan Khusus.

Penulis: Isti Prasetya
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Kreasikan Mainan Edukatif Lokal Bersama Penyandang Difabel, ABC Woodentoys Sukses Go International
Istimewa
Rita Indriana bersama deretan mainan yang diproduksinya melalui pabrik rumahan di Kota Yogya, ABC Wooden Toys. (Istimewa) 

TRIBUNNEWS.COM - Selalu ada hikmah di balik musibah. Ungkapan itu bisa menggambarkan perjalanan Rita Indriana dalam membangun usaha mainan edukatif di Yogyakarta.

Tahun 2003, Rita mendapatkan musibah, yakni sang anak sakit dan harus dirawat di salah satu rumah sakit di Yogyakarta.

Ketika itu, rumah sakit meminjamkan mainan edukatif berbahan kayu kepada anaknya sebagai alternatif mainan agar tidak rewel dan bosan saat dirawat.

Mainan edukatif yang berasal dari luar negeri itu yang kemudian menginspirasi Rita dan suami membuat mainan serupa.

“Kebetulan suami juga mengajar kriya, mainan edukatif dari kayu seperti itu pada tahun segitu masih kurang dikenal dan adanya dari luar negeri akhirnya coba kami bikin,” kata Rita ketika diwawancarai Tribunnews.com akhir September 2024. 

Peluang itu diejawantahkan menjadi Anak Bangsa Cerdas (ABC) Woodentoys, UMKM yang menyediakan mainan edukatif atau Alat Permainan Edukatif (APE) untuk murid PAUD, TK, dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang masih jarang di pasaran.

Topan, satu di antara karyawan penyandang difabel di ABC Wooden Toys saat mengecat mainan edukatif beberapa waktu lalu.
Topan, satu di antara karyawan penyandang difabel di ABC Wooden Toys saat mengecat mainan edukatif beberapa waktu lalu. (Dokumentasi ABC Wooden Toys)

“Kami ingin di Jogja ada yang bisa membuat mainan edukatif tanpa harus impor dari luar negeri,” kata wanita 54 tahun ini.

BERITA REKOMENDASI

ABC Woodentoys akhirnya resmi berdiri dan memproduksi mainan edukatif di Jogja pada 14 Mei 2003 dengan alamat toko di Gendeng GK IV/598 A, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta.

Sejak saat itu pula Rita dan suami berkomitmen untuk merangkul penyandang difabel untuk bersama-sama berkarya di ABC Woodentoys.

Latar belakang sang suami yang merupakan pengajar Kriya di Sekolah Luar Biasa (SLB)  di Kota Yogyakarta menjadi salah satu faktor utama merangkul penyandang difabel.

Dari pengamatan sang suami, banyak lulusan SLB yang mempunyai keahlian tapi masih dipandang sebelah mata di dunia kerja, bahkan tidak mendapat tempat untuk unjuk kebolehannya.

"Kami sengaja memberikan kesempatan kepada teman-teman berkebutuhan khusus untuk bisa berkarya di ABC Woodentoys, kebetulan suami pengajar kriya, maka kami fokus ke pembuatan mainan edukatif dari kayu," kata istri dari Eka Kurniawan ini.

“Komitmen kami ingin ada karyawan dari teman-teman difabel, jadi sekalian membuat lapangan kerja untuk teman difabel,” lanjutnya.

ABC WoodenToys sudah bisa memproduksi ratusan APE dengan pemasaran penjuru Indonesia dan mancanegara dengan 10 karyawan tetap, 4 di antaranya adalah penyandang difabel.

Adapun empat karyawan difabel masuk ke dalam bidang produksi.

"Yang difabel namanya  Mas Agus, Mas Topan, Mas Bagus, dan Mas Suryadi," kata Rita.

Agus adalah lulusan dari SLB-C atau penyandang tunagrahita, sementara Topan lulusan SLB-B atau penyandang bisu dan tuli dari SLB di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kini APE buatan ABC Woodentoys sudah memiliki standar Standar Nasional Indonesia (SNI) yang meliputi bentuk mainan, cat pelapis, dan teknik penyambungan yang dipastikan aman untuk anak-anak ataupun pengguna lain seperti pasien yang menjalani terapi kesehatan tertentu.

Rita mengatakan produknya sudah mendapatkan sertifikat SNI sejak tahun 2015.

Ubah stigma negatif penyandang difabel

Rita dan suami juga ingin menepis anggapan kaum difabel tidak bisa bekerja dengan baik di dunia kerja.

"Sebenarnya untuk kualitas hasil produksi sama saja, malah teman-teman difabel bisa lebih fokus dan tekun untuk mengerjakan sesuatu, hanya harus pelan-pelan dan satu per satu," jelasnya.

Meski demikian, target pembuatan APE sebanyak 300 - 400 buah per bulan bisa dipenuhi tanpa ada kendala.

“Pernah peak season dan ada pameran, kami produksi hingga 1.000-an buah mainan edukatif juga bisa tercapai,” jelas Rita.

Stigma lain yang ingin ia ubah adalah penyandang difabel sering dianggap jadi beban keluarga karena tak bisa mandiri di kehidupan sehari-hari.

“Beberapa karyawan kami secara nyata sudah tak jadi beban bagi keluarga, bahkan bertransformasi jadi tulang punggung keluarga.”

“Misalnya Mas Topan, ibunya dulu adalah buruh cuci pakaian, sekarang setelah Mas Topan settle di sini, ia sudah bisa “memaksa” sang ibu untuk mengurangi pekerjaannya sebagai buruh cuci dengan memberikan ke keluarga gaji yang ia terima dari sini,” terang Rita.

Contoh lain adalah Agus di tahun 2023 lalu baru saja membeli sebuah sepeda motor seharga puluhan juta secara tunai.

“Saya dan suami tentu senang, teman-teman itu bisa membantu keluarga dan bahkan beli motor secara cash,” kata dia.

Ia tak ingin lulusan SLB hanya menjadi pengamen atau pengemis tanpa bisa memanfaatkan keahlian yang didapatkan di SLB di dunia nyata.

Rita mencatat, ada tujuh karyawan difabel yang pernah bekerja di usaha yang punya slogan Mainan SNI Bersama Difabel ini.

Adapun dua orang karyawan sudah menikah sehingga keluar dari pekerjannya dan satu pensiun di tahun 2020 lalu.

"Kami berharap para teman-teman difabel bisa mandiri dan memiliki usaha sendiri di kemudian hari," ungkap Rita.

Produk ABC Woodentoys dari Lokal Go Global

ABC Woodentoys kini telah melayani permintaan APE atau mainan edukatif untuk pasar di dalam dan luar negeri.

Perusahaan yang punya showroom di Gedongkiwo MJ I/ 676 Yogyakarta ini telah mengirimkan mainan edukatifnya ke hampir seluruh pelosok daerah di Indonesia.

“Kami sempat ikut pameran di Malaysia dan Australia, ada juga order dari situ,” tegas Rita.

Area pemasaran ABC semula di Yogyakarta telah berkembang  ke Aceh, Medan, Batam, Pekanbaru, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Semarang, Solo, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Kupang, Papua Barat, Manado, hingga Makassar.

ABC Woodentoys juga bermitra dengan ratusan di seluruh Indonesia dan puluhan konsinyasi.

Perusahaan yang bervisi Mewujudkan Anak Bangsa Cerdas dengan Alat Permainan Edukatif Bersama Difabel ini awalnya hanya membuat puzzle, namun kini jenis mainan semakin banyak dan beragam.

Misalnya permainan labirin, kereta, menara, balok, dan alat bantu terapi kesehatan sehingga di tahun 2023 ada lebih dari 300 jenis mainan edukatif yang diproduksi.

 “Selain dari riset suami saya yang berkecimpung di SLB, kami juga banyak mendengarkan masukan dari guru PAUD ataupun guru SLB yang memanfaatkan produk kami secara kontinyu di kehidupan sehari-hari,” terang ibu dua anak ini.

“Misalnya kereta huruf, atau labirin, kami terima masukan itu, lalu kami produksi sesuai dengan standar ABC Wooden Toys.”

Makin moncer setelah dibina Astra melalui YDBA

ABC Woodentoys bergabung menjadi mitra binaan Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sejak 2018.

Sejak saat itu ABC Woodentoys menerima banyak pelatihan mulai dari quality control, pengemasan, teknik marketing, legalitas usaha hingga pendampingan akses modal.

Rita mengakui selain ikut pameran di berbagai kesempatan, pemasaran secara online juga membuat produknya makin dikenal oleh banyak orang termasuk dari luar negeri.

“Ada pula peran-peran dari pihak lain sepert iYDBA yang mendampingi kami menjaga kualitas produk hingga pemasaran secara online yang bisa menembus luar negeri,” terang Rita yang mendapatkan penghargaan menjadi UMKM dengan Quality Control Circle (QCC) Terbaik Juara 1 Kategori Kerajinan/ Kuliner dan UMKM Mandiri Terbaik Kategori Kerajinan/Kuliner pada YDBA Award 2023

Banyak keuntungan yang Rita rasakan semenjak menjadi mitra binaan YDBA, seperti pendampingan di sisi manajemen, pengemasan hingga quality control.

“Bagi kami pelatihan yang diberikan bisa untuk jangka panjang, dan sering diajak pameran itu yang membuka target pasar baru yang lebih luas bahkan bisa sampai ke luar negeri,” kata Rita.

YDBA Bina UMKM di jangka panjang

Ketua Pengurus YDBA Rahmat Samulo dalam keterangan tertulisnya kepada Tribunnews.com menyatakan YDBA memberikan program pembinaan yang bukan bersifat short term atau charity, tetapi berkelanjutan melalui program pelatihan dan pendampingan.

“Ada pelatihan yang bersifat manajemen juga teknis, fasilitasi pemasaran dan fasilitasi pembiayaan yang mendukung kemandirian UMKM serta bagaimana UMKM dapat memenuhi legalitas yang dibutuhkan UMKM di setiap sektor,” kata dia.

“Dulu tahun 1980, saat perusahaan besar di Indonesia belum memikirkan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau kontribusi sosial, pendiri Astra, Wiliam Soeryadjaya telah mendirikan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dengan fokus membina UMKM,” kata Rahmat.

Pendiri Astra ingin perusahaan berkembang dan bermanfaat seperti pohon yang rindang yang berguna sebagai tempat berteduh dari hujan dan panas, sejalan dengan tujuan Astra “Sejahtera Bersama Bangsa”.

Lebih lanjut, Rahmat saat ini YDBA membina 1.328 UMKM di seluruh Indonesia dengan rincian 17 persen sektor manufaktur, 15 persen sektor bengkel, 33 persen sektor pertanian, 25 persen sektor kuliner dan 9 persen sektor kerajinan. 

UMKM tersebut tersebar di 19 wilayah, yakni Cakung, Banyuwangi, Bantul, Solo, Tegal, Banyumas, Salatiga, Citeureup & Puncak Dua Bogor, Lebak Banten, Sangatta Kaltim, Paser Kaltim, Bontang Kaltim, Manggarai Barat NTT, Manggarai Timur NTT, Barito Utama Kalimantan Tengah, Tanjung Kalimantan Selatan, Bandung dan Cikuya Tangerang.

Lebih lanjut, Rahmat berharap UMKM bisa naik kelas dan mandiri, karena UMKM memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian di Indonesia. 

“UMKM kami dorong untuk mau berubah untuk lebih berkembang, mau berbagi dalam hal apapun, baik knowledge, pasar dan lainnya, berkomitmen dalam menjalankan bisnis dan menghasilkan produk yang sesuai standar dan Konsisten menghasilkan produk sesuai permintaan customer,” harap Rahmat Samulo. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas