Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Sri Hartini saat Berada di Lebanon: Dentuman Roket Israel Bikin Tak Bisa Tidur Nyenyak

Lega bercampur khawatir jadi nuansa cerita yang disampaikan Siti selepas keluar menyusuri gerbang kedatangan di Terminal 3 Bandara Soetta.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Cerita Sri Hartini saat Berada di Lebanon: Dentuman Roket Israel Bikin Tak Bisa Tidur Nyenyak
Tribunnews.com/Danang Triatmojo
Sri Hartini (25) mahasiswi jurusan Syariah di Global University di Beirut, Lebanon tiba bersama kelompok evakuasi gelombang kelima, di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten pada Senin (7/10/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sri Hartini (25) jadi bagian dari 21 mahasiswa asal Indonesia yang ikut evakuasi ke tanah air. Sri dan teman-temannya merupakan mahasiswi penerima beasiswa yang menempuh kuliah jurusan Syariah di Global University di Beirut, Lebanon.

Sri dan beberapa mahasiswa lainnya ikut rombongan evakuasi gelombang kelima yang difasilitasi pemerintah Indonesia. 

Baca juga: Kena Ranjau Sendiri, 15 Tentara Israel Tewas atau Terluka di Perbatasan Lebanon, IDF Menangis

Kelompok evakuasi gelombang kelima ini membawa 20 warga negara Indonesia (WNI) dan satu warga negara Lebanon yang merupakan istri dari warga Indonesia. 

Kepulangan mereka dibagi menjadi dua gelombang, di mana pesawat komersial Qatar Airways nomor penerbangan QR958 yang mereka tumpangi tiba lebih dulu di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten pada Senin (7/10/2023) pagi, setelah lepas landas dari Amman, Yordania sejak Minggu (6/10/2024) petang.

Baca juga: Media Ibrani Peringatkan Ancaman Perang Saudara di Israel di Tengah Pertempuran Gaza dan Lebanon

Sementara pesawat Emirates nomor penerbangan EK356 yang membawa kelompok gelombang keempat dengan 20 WNI baru berangkat pada Minggu malam dan dijadwalkan mendarat di Bandara Soetta Senin sore.

Sri adalah warga asal Riau yang sudah dua tahun menempuh pendidikan di Lebanon dan belum pernah kembali lagi ke Indonesia.

BERITA REKOMENDASI

Lega bercampur khawatir jadi nuansa cerita yang disampaikan Siti selepas keluar menyusuri gerbang kedatangan di Terminal 3 Bandara Soetta. Ia menceritakan bagaimana mencekamnya situasi di wilayah Lebanon

Perempuan berkacamata ini mengatakan kegiatan kuliahnya sudah dihentikan pada Jumat pekan lalu. 

Pada Sabtu malam, suara ledakan dampak hantaman rudal Israel jatuh di wilayah Lebanon kerap menyeruak hingga ke asrama mahasiswi yang berada di wilayah pegunungan, cukup jauh dari Kota Lebanon

Suara ledakan tersebut makin lama terdengar kian dekat. Apalagi ketika sore menjelang malam.

“Jumat kegiatan kampus dihentikan, malam Sabtu-nya itu suara ledakan terdengar. Apalagi kalau sore ke malam. Suara ledakan juga kayak makin dekat,” kata Sri sambil duduk di troli yang membawa koper dan tas miliknya.

Pada Minggu, Sri menerima informasi bahwa pemerintah Indonesia akan melakukan proses evakuasi terhadap WNI untuk keluar dari Lebanon. Dirinya pun memutuskan untuk ikut.

Tapi mulanya ada 10 mahasiswa laki-laki yang enggan untuk ikut evakuasi. Mereka memilih menetap karena pertimbangan wilayah yang dirasa masih aman dan pendidikan yang dijalani.

Namun otoritas kampus mempersilakan para pelajar yang menempuh pendidikan di Global University pulang ke negara asalnya, lebih-lebih kegiatan belajar mengajar memang sudah disetop. 

Baca juga: Israel Mengebom Konvoi Palang Merah Saat Evakuasi Orang-orang yang Terluka di Desa Taybeh Lebanon

Di sisi lain, otoritas kampus juga mempersilakan mahasiswa asing, termasuk asal indonesia jika ingin tetap tinggal. Tapi dengan konsekuensi, pihak kampus tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu yang menimpa mereka, pihak keluarga juga tidak boleh menuntut apapun.

“Awalnya ada 10, laki-laki, yang pilih tetap bertahan, tapi pihak kampus meminta pulang. Pihak kampus juga bilang silakan kalau mau menetap atau pulang, tapi kalau menetap pihak keluarga tidak boleh menuntut apa - apa jika terjadi sesuatu,” ungkap Sri.

Perihal evakuasi ini, Sri mengaku orang tuanya menyerahkan keputusan kepada dirinya pribadi, apakah tetap di Lebanon atau kembali dulu ke tanah air. Tapi situasi konflik dan ancaman atas hidupnya, membuat Sri bulatkan tekad tinggalkan Lebanon sementara waktu.

Apalagi saat itu Sri merasa hantaman rudal Israel semakin lama terdengar makin jelas dan keras.

“Jadi daripada terjadi apa-apa lebih baik evakuasi sekarang,” ucapnya.

Ia bersama teman-teman kuliah asal Indonesia pun mengikuti proses evakuasi. Mereka dikumpulkan lebih dulu di KBRI Beirut yang letaknya di jantung pemerintahan Lebanon.

Mereka kemudian didampingi perwakilan KBRI Beirut meninggalkan Lebanon pada Selasa (1/10) menempuh jalur darat menuju Damaskus di Suriah.

Ketika 2 hari menginap di KBRI Beirut, Sri lagi-lagi merasakan kerasnya hantaman rudal Israel yang jatuh di sekitar Beirut. Bahkan kerasnya hantaman membuat bangunan KBRI ikut bergetar. Getaran itu tak ayal membuatnya dan rekan-rekan mahasiswi lain tak bisa tidur nyenyak, kerap dibangunkan dengan bising ledakan dan guncangan ketika malam.

“Sewaktu kita di KBRI, itu suara ledakan terdengar dekat. Bahkan bangunan itu bergetarnya terasa banget. Apalagi pas waktu tidur itu sering kebangun karena suara ledakan dan getaran gedung,” kata Sri.

Kini Sri dan rekan-rekan Indonesia-nya sudah tiba selamat di tanah air. Tapi dirinya masih tetap memikirkan nasib kelanjutan kuliahnya. Sebab dia khawatir akan sulit untuk kembali ke Lebanon.

Baca juga: 20 WNI Tiba di Tanah Air, Ones Berharap Bisa Lanjutkan Kuliah di Lebonan Usai Konflik Berakhir

Perempuan berhijab ini teringat, pernah ada pelajar Indonesia yang berkuliah di Lebanon dan karena situasi negara tersebut yang bersangkutan pulang ke tanah air. Selama beberapa tahun dia tak bisa kembali ke Beirut dan berujung pada putus pendidikan.

Terlepas dari itu, Sri punya harapan besar dia bersama teman-teman lainnya dapat kembali ke Beirut untuk meneruskan kuliahnya sampai rampung.

“Kita kan beasiswa ya, bisa dilanjutkan khawatir agak sulit. Yang sudah - sudah ada waktu itu yang pulang, dan nggak kembali ke Beirut beberapa tahun akhirnya ngga bisa melanjutkan,” ungkap Sri.

 

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas