Tak Hanya Melukai 2 TNI di Naqoura, Tentara Israel Tembaki Pintu Masuk Bunker Pasukan Perdamaian
Tak hanya melukai 2 anggota TNI, tentara Israel juga dilaporkan menembaki pos PBB di Labbouneh.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tentara Israel (IDF) dilaporkan menyerang Markas Besar Pasukan Perdamaian PBB di Kota Naqoura Lebanon Selatan, Kamis (10/10/2024) pagi kemarin.
Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon atau United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) melalui akun X (dulu Twitter) resminya pada Kamis (10/10/2024) malam menyatakan akibat serangan tersebut dua orang pasukan perdamaian terluka.
Baca juga: Kondisi 2 Personel TNI yang Terkena Rekoset Tank Israel Membaik, Indonesia Minta Pertanggungjawaban
Dua orang pasukan perdamaian yang terluka tersebut belakangan terkonfirmasi berasal dari prajurit TNI yang bertugas di sana.
Serangan tersebut, kata UNIFIL, berasal dari Tank Merkava tentara Israel yang menembakkan senjatanya ke arah menara pengawas Makas Besar UNIFIL di Naqoura.
"Tembakan tersebut menghantam langsung menara tersebut dan membuatnya ambruk. Untungnya, luka yang dialami mereka tidak serius meski tetap membutuhkan perawatan di rumah sakit," dikutip dari akun X resmi UNIFIL, Jumat (11/10/2024).
Tak hanya itu, tentara Israel juga dilaporkan menembaki pos PBB di Labbouneh.
UNIFIL menyatakan serangan tersebut menghantam pintu masuk bunker tempat Pasukan Perdamaian berlindung dan merusak kendaraan serta sistem komunikasi.
"Tentara Israel juga menembaki pos PBB 1-31 di Labbouneh yang menghantam pintu masuk bunker tempat pasukan perdamaian berlindung, serta merusak kendaraan dan sistem komunikasi. Sebuah drone tentara Israel juga terbang di atas pintu masuk bunker di dalam pos PBB," tulis UNIFIL.
Baca juga: Dua Personil TNI Luka, Pemerintah RI Kecam Serangan IDF Terhadap Patroli UNIFIL di Lebanon Selatan
Selain itu, UNIFIL juga melaporkan tentara Israel secara sengaja menembaki dan mematikan kamera-kamera pemantau posisi perimeter sehari sebelumnya.
Mereka, kata UNIFIL, juga secara sengaja menembaki pos 1-32A di Ras Naqoura di mana pertemuan tiga pihak biasanya dilakukan sebelum konflik dimulai.
Serangan itu dilaporkan merusak penerangan dan sebuah stasiun penyiaran.
Atas kejadian itu UNIFIL mengingatkan militer Israel dan semua pihak yang bertanggung jawab untuk memastikan keamanan dan keselamatan pasukan perdamaian dan properti PBB serta untuk menghormati perlindungan terhadap premis-premis PBB setiap saat.
"Pasukan perdamaian UNIFIL hadir di Lebanon Selatan untuk mendukung pemulihan stabilitas di bawah mandat Dewan Keamanan," tulis UNIFIL.
"Setiap serangan sengaja ke pasukan perdamaian adalah pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan resolusi Dewan Keamanan 1701," sambung UNIFIL.
UNIFIL juga menyatakan peningkatan konflik sepanjang Blue Line atau garis demarkasi yang memisahkan Lebanon dari Israel dan Dataran Tinggi Golan menyebabkan kerusakan yang meluas.
Kerusakan itu meluas di kota-kota dan di desa-desa di wilayah Lebanon Selatan.
UNIFIL juga melaporkan roket-roket terus diluncurkan ke arah Israel, termasuk ke wilayah masyarakat sipil.
"Beberapa hari terakhir, kami menyaksikan serangan-serangan dari Israel ke arah Lebanon baik di Naqoura maupun wilayah lainnya. Tentara Israel dan Hizbullah telah melakukan kontak senjata di daratan Lebanon," tulis UNIFIL.
"Markas Besar UNIFIL di Naqoura dan pos-pos terdekat telah berulang kali terkena serangan," sambung UNIFIL.
Respons Mabes TNI
Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengkonfirmasi ada prajurit TNI yang terluka dapam serangan tersebut.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Hariyanto mengatakan pada Kamis 10 Oktober 2024 pukul 05.05 waktu setempat dilaporkan telah terjadi aktivitas saling tembak antara IDF dan Hizbullah di Naqoura.
Terdengar juga ledakan dan luncuran dari kedua belah pihak.
Situasi kontak tembak, kata dia, terus terjadi dan Tank Merkava IDF mulai terpantau keberadaanya di seputaran Green Hill.
"Rekoset luncuran mengenai Tower Pengamatan (OP) 14 yang diduduki oleh personel pengamat situasi," kata Hariyanto kepada wartawan pada Kamis (10/10/2024) malam.
"Akibat kejadian tersebut personel TNI terkena rekoset. Mengalami luka ringan pada kaki dan dalam kondisi Normal," sambung dia.
Pemerintah Mengecam Keras
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan Pemerintah Indonesia mengecam keras serangan IDF di Lebanon Selatan yang melukai dua personil pasukan penjaga perdamaian PBB asal Indonesia.
Retno mengatakan dua prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL tersebut mengalami luka ringan ketika menjalankan tugas pemantauan di menara pemantau di markas kontingen Indonesia di Naqoura.
Naqoura, kata dia, terletak di Selatan Lebanon dalam area yang disebut blue line.
Pasukan perdamaian PBB, lanjut dia, berada di kawasan tersebut di bawah mandat Dewan Keamanan PBB untuk mendukung stabilitas Lebanon.
"Kedua personil tersebut segera memperoleh perawatan di rumah sakit terdekat dan saat ini dalam kondisi baik," kata Retno dalam keterangan tertulis pada Kamis (10/10/2024) malam.
"Luka yang dialami dua personel tersebut berasal dari luncuran peluru berasal dari tank Merkava IDF," sambung dia.
Ia menyatakan juga sudah berkomunikasi langsung dengan komandan kontingen Garuda FHQSU (Force Headquarter Support Unit).
Terhadap serangan ini, kata dia, UNIFIL juga telah mengeluarkan pernyataan mendesak IDF untuk mematuhi kewajiban dalam memastikan keamanan dan keselamatan personel dan premise PBB.
Indonesia mengingatkan kepada IDF mengenai pentingnya penghormatan terhadap pasukan dan properti UNIFIL dan memastikan keselamatan dan keamanan personil UNIFIL.
Indonesia, lanjut dia, juga menegaskan serangan apapun terhadap peacekeepers adalah pelanggaran berat hukum humaniter internasional dan resolusi DK PBB 1701 sebagai dasar mandat UNIFIL.
Selain itu, kata Retno, Indonesia meminta semua pihak untuk menjamin dihormatinya inviolability (tidak dapat dilanggarnya) wilayah PBB dalam segala waktu dan keadaan.
"Indonesia mendesak dilakukannya penyelidikan atas serangan tersebut dan pelakunya dimintai pertanggungjawaban," kata Retno.