38 Orang Muda Lintas Agama Dapat Pembekalan Keberagaman dan Toleransi di Wisma Sahabat Yesus
Generasi muda harus menjadi pionir perdamaian di tengah masyarakat, terutama lingkungan seusianya.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Generasi muda harus menjadi pionir perdamaian di tengah masyarakat, terutama lingkungan seusianya.
Sebab, keberagaman dan toleransi tidak bisa hanya didiskusikan tetapi harus dialami dan dirasakan langsung oleh generasi muda Indonesia.
Konsep live in (hidup bersama) dengan teman seumuran beda agama dan kepercayaan menjadi salah satu cara menghidupkan toleransi lintas agama secara nyata.
Chairman Indika Foundation sekaligus Co-Founder 5P Global Movement, Arsjad Rasjid mengatakan, pihaknya ingin mendorong Indonesia damai dan inklusif melalui penguatan karakter, pemberdayaan organisasi, dan pendidikan toleransi.
“Generasi muda ini akan menjadi pemimpin di masa mendatang. Mereka juga adalah agen perubahan di masyarakat. Karena itu, penting bagi kita untuk mengajak mereka menghayati arti dari perdamaian dan toleransi, salah satu pilar utama bangsa ini mencapai Indonesia Emas 2045,” ujar Arsjad Rasjid kepada wartawan, Senin(21/10/2024).
Program penguatan karakter orang muda bertajuk Future Heroes Project Campaign ini bertempat di Wisma Sahabat Yesus, Depok selama tiga hari.
Ketua Yayasan Tabula Arnold Lukito mengatakan, pihaknya mengajak generasi muda untuk membangun jembatan perdamaian melalui persaudaraan lintas agama dan kepercayaan.
Hal ini tidak akan mungkin terjadi hanya pada tataran diskusi atau dialog, tetapi harus dibangun berdasarkan pengalaman empiris.
“Kami mengajak orang muda dari berbagai latar belakang agama untuk hidup berdampingan dan beraktivitas bersama pada sebuah lokasi selama tiga hari pendampingan. Kami ingin agar keberagaman dan toleransi itu dapat dirasakan dan dialami langsung oleh generasi muda,” kata dia.
Karena itu, lebih dari 38 orang muda lintas agama dan kepercayaan hidup dan beraktivitas bersama di Wisma Sahabat Yesus, Depok.
Para peserta mendapat pembekalan terkait pengelolaan emosi, empati, dan resolusi konflik. Mereka diajak untuk mengenal diri, emosi, dan membangun empati sebagai dasar untuk menjalin relasi sosial lintas agama.
Hal ini dilakukan menyusul maraknya masalah kesehatan mental di kalangan muda yang dipicu oleh bullying dan kekerasan.
Selain itu, mereka juga bersama-sama akan mengunjungi Gereja Katolik Katedral Jakarta dan Masjid Istiglal, yang memiliki ikon toleransi melalui Terowongan Silahturahmi, yang baru saja diresmikan saat kedatangan Paus Fransiskus beberapa waktu lalu.
Pada hari terakhir, 38 peserta dari berbagai universitas tersebut mendapat pembekalan menjadi agen perdamaian dan membangun komitmen persaudaraan.
Baca juga: Prabowo Tugaskan Gus Miftah untuk Moderasi dan Toleransi Keagamaan
“Sekembalinya mereka ke masyarakat, ke kampus, dan teman-teman usianya, kami berharap generasi muda ini menjadi agen perdamaian dan toleransi di tempatnya masing-masing. Mereka sudah punya bekal yang cukup,” tutup Arnold.