Sepak Terjang Sritex: dari Kios Kecil Jadi 'Raja Kain' Pemasok Baju Militer 30 Negara, Kini Pailit
Berikut sepak terjang Sritex dari yang sebelumnya hanya kios kecil berubah menjadi perusahaan besar dan kini dinyatakan pailit
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex, perusahaan tekstil yang dikenal sebagai "Raja Kain" dinyatakan pailit atau bangkrut.
Setelah Juni 2024 lalu sempat dibantah Sritex, kini kabar tersebut tak terelakan.
Pasalnya, Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang, Jawa Tengah telah resmi mengetok status pailit perusahaan yang berdiri di Sukoharjo, Jawa Tengah itu.
Keputusan Sritex pailit itu, berdasarkan putusan perkara dengan nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg oleh Hakim Ketua Moch Ansor pada Senin (21/10/2024) dengan pemohon PT Indo Bharat Rayon.
PT Sri Rejeki Isman Tbk, PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya sebagai termohon dinilai lalai memenuhi kewajiban pembayaran kepada para pemohon berdasarkan putusan homologasi tertanggal 25 Januari 2022.
Berikut sepak terjang Sritex dari yang sebelumnya hanya kios kecil berubah menjadi perusahaan besar.
Sepak Terjang Sritex
Sritex merupakan salah satu pabrik tekstil terbesar di Asia Tenggara yang memiliki konsumen mancanegara.
Sritex didirikan oleh HM Lukminto pada 1966 sebagai perusahaan perdagangan tradisional dengan nama UD Sri Redjeki, yang dulunya hanya berbentuk kios kecil di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah.
Kala itu, pendiri Sritex masih mengambil kain dari produsen yang berada di Bandung, Jawa Barat.
Namun, dua tahun kemudian, perusahaan mulai membuka pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Solo.
Baca juga: Pailit, Sritex Punya Utang Rp25 Triliun, 20 Ribu Pekerja Terancam PHK dan Tak Dapat Pesangon
Pada 1978, UD Sri Redjeki resmi diubah dan terdaftar dalam Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas dengan nama PT Sri Rejeki Isman.
Usaha yang semakin berkembang mendorong Lukminto untuk memindahkan bisnisnya dari pasar ke Sukoharjo dengan membuat sebuah pabrik pada 1982.
Satu dekade selanjutnya, pada 1992, Sritex memperluas pabrik dengan empat lini produksi, yakni pemintalan, penenunan, sentuhan akhir, dan busana dalam satu atap.
Begitu besarnya pabrik ini, pada tahun yang sama, pabrik tersebut lantas diresmikan oleh Presiden Soeharto.