Sepak Terjang Sritex: dari Kios Kecil Jadi 'Raja Kain' Pemasok Baju Militer 30 Negara, Kini Pailit
Berikut sepak terjang Sritex dari yang sebelumnya hanya kios kecil berubah menjadi perusahaan besar dan kini dinyatakan pailit
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Suci BangunDS
Nama Sritex semakin melambung ketika menekan kontrak pembuatan seragam North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Tak hanya itu, Sritex akhirnya memasok kain untuk tentara dan polisi di Jerman pada 1994.
Jumlah pesanan seragam tersebut mencapai sekitar satu juta peach stell (PS).
Kontrak yang sama juga terjadi antara PT Sritex dengan Angkatan Perang Inggris yang memesan seragam NATO sebanyak 400.000 PS.
Negara tetangga, Papua Nugini pun juga memesan seragam polisi sebanyak 50.000 PS pada Sritex.
Jika dirinci, hingga saat ini, produk Sritex telah digunakan oleh pasukan militer lebih dari 30 negara.
Bisnis Sritex juga meluas dengan memasok pemain mode dunia, seperti Guess dan H&M.
Meski sempat mengalami efek krisis moneter 1998 sampai 2001, namun Sritex berhasil selamat.
Perusahaan juga berhasil melipatgandakan pertumbuhan sampai delapan kali lipat dibanding saat pertama kali terintegrasi pada 1992.
Sritex lalu secara resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode ticker dan SRIL pada 2013.
Perusahaan ini lalu mendirikan kantor perwakilan di Jakarta dan dua kantor pemasaran (marketing) masing-masing di Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur.
Sritex bahkan juga melebarkan sayap bisnisnya di bidang serat rayon dengan nama PT Rayon Utama Makmur (RUM).
Namun, PT RUM sempat bermasalah karena limbah cair pabrik membuat sejumlah warga mengalami gangguan kesehatan.
Sritex di bawah bendera Ultra Tech Mining Indonesia pun memiliki pabrik dan eksplorasi batu gamping sebagai bahan baku di Wonogiri, Jawa Tengah.