Kapolri Bicara Dampak Donald Trump Jadi Presiden AS, Perang Dagang hingga Hilangnya Pekerjaan
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menilai terpilihnya kembali Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) dapat menjadi ancaman serius.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menilai terpilihnya kembali Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) dapat menjadi ancaman serius.
Jenderal Sigit menuturkan Donald Trump memiliki kebijakan yang pro terhadap industri di AS.
Sehingga dampak yang ditimbulkan yakni terjadi perang dagang dunia termasuk hilangnya lapangan pekerjaan di dalam negeri.
"Pemilu presiden Amerika Serikat ini tentunya juga harus kita hadapi, apa yang kira-kira akan terjadi pascapresiden Donald Trump terpilih nanti, dilantik,” ucap Kapolri di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Kamis (14/11/2024).
“Karena beliau memiliki kebijakan yang terkenal dengan proteksionisme," sambungnya.
Dia mengatakan, proteksionisme itu berarti melindungi kepentingan ekonomi Amerika khususnya terhadap asing, utamanya China.
"Dan ini kecenderungannya tentunya akan berdampak terhadap perang dagang antara Amerika dan China," katanya.
Tak ayal, kondisi itu akan berpengaruh terhadap pajak tinggi diterapkan bagi China maupun negara-negara yang ingin mengekspor barang ke Amerika
Hal itu dinilai akan berdampak pada banjirnya barang-barang tersebut di Indonesia.
Menurut Jenderal Sigit, hal itu bukan tidak mungkindapat mematikan industri dalam negeri.
Kebijakan itu juga berdampak bisa membuat masyarakat Indonesia kehilangan lapangan pekerjaan.
"Ini harus selalu saya ingatkan karena dalam berbagai macam situasi global tentunya akan berdampak ke dalam situasi stabilitas kamtibmas dalam negeri," katanya.
Seperti diketahui, Donald Trump meraih suara terbanyak sekaligus meraup suara elektoral lebih dari ambang batas minimal yang diharuskan.
Hingga Rabu malam pukul 19.45 WIB, berdasarkan penghitungan cepat Associated Press, Trump meraup 71.183.547 suara popular (51 persen), sementara rivalnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris hanya meraup 66.251.503 suara (47,5 persen).
Dari suara elektoral, Trump meraih 277 suara dari total 538 suara elektoral.
Baca juga: Penasihat Khusus AS Minta Kasus Pidana Trump Dihentikan Sementara
Sementara itu Harris meraih 224 suara elektoral.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.