Niat Puasa Qadha Puasa Ramadan, Perhatikan Hukum dan Ketentuannya
Berikut bacaan niat puasa qadha Ramadan lengkap dengan hukum dan ketentuan melaksanakannya.
Penulis: Oktaviani Wahyu Widayanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Berikut niat puasa qadha untuk membayar puasa Ramadan, lengkap dengan hukum dan ketentuannya.
Sebelum memasuki bulan Ramadan, ada baiknya kita membayar hutang puasa Ramadan kita yang sudah lalu.
Umat muslim dapat membayar hutang puasa Ramadhan dengan puasa pengganti atau puasa qadha.
Qadha adalah keringanan yang diberikan Allah kepada umatnya untuknya membayar hutang puasa sebagai pengganti puasa Ramadan.
Sebelum melakukan puasa qadha, umat muslim membaca niat puasa qadha terlebih dahulu.
Mengucapkan niat puasa ini biasanya dapat dilakukan pada saat malam hari.
Baca juga: Niat Puasa Ayyamul Bidh Hari Kedua Januari 2025, Ini Keutamaannya
Niat Puasa Qadha
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’in fardho syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Baca juga: Niat Puasa Ayyamul Bidh Hari Pertama Bulan Rajab, 13 Januari 2025
Hukum Melakukan Puasa Qadha
Mengutip Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah yang disusun oleh Ust. Muhammad Syukron Maksum, membayar hutang puasa bulan ramadan dalam hukum Islam sering dikenal dengan qadha.
Qadha berlaku bagi orang yang sanggup berpuasa, namun terhambat karena halangan-halangan tertentu atau uzur.
Misalnya dia melakukan perjalanan jauh atau dalam keadaan sakit.
Qadha juga berlaku bagi orang yang sanggup berpuasa namun dilarang untuk menjalankan puasa, yaitu orang yang sedang menstruasi dan sedang nifas.
Dalam Alquran, golongan-golongan tersebut diberi keringanan-keringanan untuk tidak berpuasa, tetapi dituntut untuk mengqadha pada hari lain.
Surat Al-Baqarah Ayat 185
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ
Artinya:
Barangsiapa yang di antara kamu menyaksikan bulan (hilal), maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.