Sejarah Libur Sekolah saat Ramadan, Ada Sejak Zaman Belanda dan Pernah Jadi Materi Kampanye Prabowo
Libur ramadan untuk pelajar tingkat sekolah dasar dan menengah saat ini masih ramai dibicarakan. Berikut sejarahnya.
Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Seno Tri Sulistiyono

Sejarah Libur Sekolah saat Ramadan, Ada Sejak Zaman Belanda dan Pernah Jadi Materi Kampanye Prabowo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Libur ramadan untuk pelajar sekolah saat ini masih ramai dibicarakan. Berikut sejarahnya.
Kini, libur Ramadan ramai dibahas lagi. Wacana ini kembali mencuat setelah Wakil Menteri Agama (Wamenag), Romo HR Muhammad Syafi'i, mengemukakannya.
Baca juga: Pemerintah Pertimbangkan Kebijakan Work From Anywhere Menjelang Libur Lebaran 2025
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengungkapkan Pemerintah sudah melakukan finalisasi.
Mendikdasmen menegaskan jika pemerintah istilah yang dipakai saat ini adalah bukan libur, melainkan pembelajaran pada bulan Ramadan.
Dalam waktu dekat pelajar sekolah akan mendapatkan surat edaran terkait
Baca juga: Pemerintah Sudah Sepakat Soal Libur Sekolah saat Ramadan, Abdul Muti: Tunggu Sampai Ada Surat Edaran
Pembicaraan seputar proses belajar mengajar di sekolah selama Ramadan ini seolah mengulangi sejarah libur penuh selama Ramadan saat umat muslim menjalankan ibadah puasa.
Berikut sejarah libur ramadan untuk anak sekolah.
Sejarah Libur Penuh Selama Puasa Ramadan, dari Zaman Belanda hingga Janji Kampanye Prabowo

Seperti apa sejarah libur sekolah satu bulan penuh selama puasa?
Libur sekolah satu bulan penuh selama puasa pernah menjadi materi kampanye pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pemilu Presiden 2019.
Bukan hanya di sekolah, tapi libur ini dijanjikan untuk kampus.
Baca juga: Selama Ramadan, BGN Siapkan Makan Bergizi Gratis yang Bisa Dibawa ke Rumah
Menurut Sandiaga, libur puasa dapat dimanfaatkan siswa untuk kegiatan pesantren kilat. Siswa bisa lebih dekat dengan keluarga untuk mengimbangi pengaruh teknologi informasi.
"Tentunya ini merupakan satu terobosan agar satu bulan ini bisa digunakan para siswa untuk mungkin mengikuti pesantren kilat, menggunakan kesempatan ini juga, menghabiskan waktu bersama keluarga, membangun kedekatan keluarga dalam era informasi teknologi yang begitu intensitasnya tinggi," ujarnya seperti dikutip Detik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.