Ahli: Kripto Tak Akan Selamatkan Rusia dari Sanksi
Rusia saat ini hanya mengandalkan cryptocurrency demi menghindari rentetan sanksi yang diterapkan banyak negara demi menghukum negara
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Rusia saat ini hanya mengandalkan cryptocurrency demi menghindari rentetan sanksi yang diterapkan banyak negara demi menghukum negara itu yang telah melakukan invasi terhadap Ukraina.
Namun menurut Analis cryptocurrency, dengan hanya mengandalkan kripto saja, tidak akan membiarkan Rusia mampu menghindari hantaman sanksi.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (1/3/2022), Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Eropa (UE) dan Kanada telah mengumumkan sanksi baru pada Senin kemarin, kali ini menargetkan bank sentral Rusia dan dana kekayaan nasionalnya.
Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa sanksi itu tentu saja membatasi kemampuan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menggunakan cadangan devisa negara sebesar 630 miliar dolar AS.
Baca juga: Sempat Rontok saat Invasi Rusia ke Ukraina, Hari Ini Pasar Kripto Mulai Sedikit Menghijau
Langkah tersebut dilakukan hanya sehari setelah AS dan sekutunya memutuskan beberapa bank Rusia dari SWIFT.
SWIFT merupakan jaringan pesan aman yang digunakan untuk melakukan transaksi senilai triliunan dolar.
Ekonomi Rusia memang telah babak belur pada Senin kemarin, nilai Rubel jatuh ke titik terendah sepanjang masa, bank sentralnya pun kemudian menaikkan suku bunga utamanya menjadi 20 persen, dan bursa saham tetap tutup.
Namun perlu diketahui, menegakkan sanksi membutuhkan kemampuan untuk melacak transaksi, biasanya melalui sistem perbankan.
Baca juga: Sederet Selebritas Tergiur Kripto, Anang Hingga Leslar Berlomba Luncurkan Token Digital Andalan
Iran dan Korea Utara (Korut) merupakan dua negara yang sama-sama menggunakan cryptocurrency, yang beroperasi di luar batas sistem keuangan untuk menghindari sanksi.
"Crypto dapat digunakan untuk menghindari sanksi dan menyembunyikan kekayaan," kata Kepala Investigasi Penipuan di Coinfirm, platform manajemen risiko blockchain, Roman Bieda.
Namun para ahli crypto mengatakan bahwa kasus Rusia ini berbeda, dengan negara tersebut memiliki ruang gerak yang lebih sedikit karena skala pukulan ekonomi dan adopsi mata uang digital yang terbatas.
Mengganti ratusan miliar dolar AS
"Tidak seperti Korut, Venezuela dan Iran, Rusia telah 'mendarah daging' dalam sistem keuangan global selama beberapa dekade," kata Ari Redbord dari TRM labs, sebuah perusahaan intelijen blockchain.