Sanksi Terus Bertambah, Uni Eropa Memutus Rusia dari Layanan Cryptocurrency
Dewan Uni Eropa telah menambah sanksi baru ke Rusia yaitu larangan menyediakan layanan aset kripto bernilai tinggi ke negara tersebut.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Melansir data dari Yahoo Finance, jaringan SPFS besutan Rusia kini telah memiliki lebih dari 399 pengguna, yang sebagian besar didominasi oleh masyarakat Rusia dan Belarusia.
Bahkan belakangan ini Rusia diketahui tengah bernegosiasi dengan pemerintah China untuk bergabung dengan sistem SPFS buatannya.
Baca juga: Amerika Serikat Ancam Boikot Pertemuan G20, Tak Terima Jika Rusia Hadir
Langkah ini diambil Rusia sebagai upaya untuk mempertahankan roda perekonomian wilayahnya.
Menyusul dikeluarnya Rusia dari SWIFT yang membuat nilai rubel jatuh sekitar 30 persen ke rekor terendah terhadap dolar AS di Bursa Efek Moskow.
Sistem yang dikembangkan sejak 2014, sengaja diciptakan sebagai alat transfer atau penukaran uang antara bank Rusia dengan perbankan global.
Meski sistem buatan Rusia ini hanya terhubung dengan 23 bank asing, sementara SWIFT sudah memiliki 11.000 anggota dari perbankan dunia.
Namun gubernur bank sentral Rusia, Elvira Nabiullina yakin bahwa sistem ini dapat sedikit membantu infrastruktur pembayaran di Rusia selama berlangsungnya pemblokiran SWIFT.
“Sejauh ini Sistem internal negara untuk Transfer Pesan Keuangan (SPFS) dapat menggantikan sistem pembayaran internasional SWIFT secara internal,” jelas Elvira Nabiullina.
Selain menerapkan sistem SPFS, pemerintah Rusia juga diketahui tengah menaikkan suku bunga negara menjadi 20 persen serta menutup perdagangan pada Bursa Efek Moskow hingga 5 Maret mendatang.
Meskipun beberapa cara ini belum begitu efektif menggerakan roda perekonomian Rusia, namun Elvira menambah, setidaknya cara ini dapat membendung kerugian Rusia selama berlangsungnya konflik dengan Ukraina.