90 Persen Bank Sentral Tertarik untuk Menjajaki Mata Uang Digital
Menurut survei BIS, lebih dari 70 persen bank sentral juga menjajaki CBDC dengan melakukan kolaborasi dengan sektor swasta.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BASEL - Bank for International Settlements (BIS) menerbitkan sebuah survei yang menunjukan, banyak bank sentral di seluruh dunia yang sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan mata uang digital bank sentral (CBDC).
Dalam makalah yang dirilis pada Jumat (6/5/2022), Departemen Moneter dan Ekonomi BIS mengungkapkan sekitar 90 persen dari 81 bank sentral yang disurvei, dari bulan Oktober hingga Desember 2021 sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan CBDC, dengan 26 persen sedang menjalankan percontohan pada CBDC dan lebih dari 60 persen dilaporkan sedang melakukan eksperimen atau pembuktian konsep yang terkait dengan CBDC.
BIS juga mengungkapkan, minat pada CBCD telah naik sekitar 83 persen pada tahun 2020. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan stablecoin dan cryptocurrency lainnya, di tengah pandemi Covid-19.
Baca juga: Jadi Primadona Investasi Aset Digital, Apa Sebenarnya Cryptocurrency?
“Secara global, lebih dari dua pertiga bank sentral mempertimbangkan bahwa mereka mungkin atau mungkin akan menerbitkan CBDC ritel baik dalam jangka pendek atau menengah. Pengerjaan CBDC grosir semakin didorong oleh alasan terkait efisiensi pembayaran lintas batas. Bank sentral menganggap CBDC mampu mengurangi poin-poin utama seperti jam operasi terbatas dari sistem pembayaran saat ini dan panjangnya rantai transaksi saat ini,” ungkap BIS dalam makalahnya, yang dilansir dari cointelegraph.com.
Makalah tersebut juga menyinggung munculnya beberapa CBDC, dimulai dengan peluncuran CBDC Bahama yaitu Sand Dollar pada Oktober 2020, eNaira milik Nigeria yang diluncurkan satu tahun kemudian, pengembangan DCash Karibia Timur dan yuan digital China pada tahun 2021.
Menurut survei BIS, lebih dari 70 persen bank sentral juga menjajaki CBDC dengan melakukan kolaborasi dengan sektor swasta.
Baca juga: Transformasi Digital JKN-KIS di Sektor Pelayanan Kesehatan Jadi Sorotan Dunia
Di antara 81 negara yang disurvei, yang mewakili 76 persen dari populasi di dunia, sebanyak 25 negara dianggap memiliki ekonomi yang maju termasuk Amerika Serikat dan Jepang, yang sebagian besar orang mengatakan penggunaan stablecoin di negara tersebut memiliki potensi untuk digunakan sebagai alat pembayaran.