Harga Bitcoin Mulai Menguat, Kini Melesat ke Level 20.000 Dolar AS
Harga bitcoin mulai melesat naik di harga 20.276 dolar AS selama 24 jam pada perdagangan Selasa (5/7/2022).
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Harga bitcoin mulai melesat naik di harga 20.276 dolar AS selama 24 jam pada perdagangan Selasa (5/7/2022).
Kenaikan harga bitcoin mulai menunjukkan kemajuan pada Selasa pagi dimana BTC menguat sebanyak 6,01 persen. Pada akhir pekan kemarin BTC terus mengalami penurunan harga hingga memperparah kondisi bear market pada pergerakan pasar kripto.
Kenaikan tak hanya terjadi pada bitcoin saja, melansir dari Coinmarketcap pada perdagangan Selasa siang beberapa koin kripto lainnya juga terpantau mulai menghijaukan rapotnya dalam 24 jam terakhir.
Baca juga: Elon Musk Rugi 440 Juta Dolar AS Akibat Bear Market Pada Pasar Bitcoin
Seperti Ethereum yang ikut melonjak sebanyak 8,65 persen ke level 1.144 dolar AS, dilanjutkan Cardano yang bergerak maju ke angka 3,70 persen menuju 0.4644 dolar AS.
Penguatan lainnya juga terlihat pada Solana yang menguat 9,65 persen di harga 35.67 dolar AS, kemudian disusul Dogecoin dengan 3,92 persen menuju 0.06916 dolar AS, serta Shiba Inu yang melesat sebanyak 7.15 di harga 0.00001071 dolar AS.
Namun menurut para analis dari perusahan investasi Jepang Nomura Holdings, kenaikan yang tengah terjadi di pasar kripto saat ini hanya akan berlangsung sementara, lantaran laju pertumbuhan ekonomi global makin hari terus mengalami perlambatan imbas dari ancaman resesi yang tengah menghantui berbagai negara seperti Eropa, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, AS, serta Kanada.
"Meningkatnya tanda-tanda bahwa ekonomi dunia memasuki perlambatan pertumbuhan yang tersinkronisasi, yang berarti negara-negara tidak dapat lagi mengandalkan rebound ekspor untuk pertumbuhan, juga telah mendorong kami untuk memperkirakan beberapa resesi. Kondisi ini dikhawatirkan akan menghambat pemulihan pasar kripto," tulis analis Nomura.
Meski ke sejumlah negara tadi hanya mengalami resesi dangkal, namun Analis Nomura menyebut bahwa situasi ini tetap saja menjadi pukulan terberat bagi para investor kripto.
Mengingat beberapa waktu yang lalu, bitcoin telah merugi sebanyak 57 persen akibat langkah ekstrem The Fed yang menaikan suku bunga nya, hingga membuat para investor kelimpungan dan menarik semua cadangan Bitcoinnya. Demi menghindari kerugian yang makin mendalam pada cadangan investasi masa depan.
Baca juga: El Salvador Tambah Cadangan Devisa Digital Memanfaatkan Amblesnya Harga Bitcoin 19.000 Dolar AS
Dengan situasi yang kurang kondusif ini, analis Nomura menghimbau agar para investor kripto bersiap untuk menghadapi kontraksi pada harga Bitcoin selama berlangsungnya inflasi.