Riset Ninja Xpress: Pelaku UKM Dapat Maksimalkan Pendapatan Melalui Social Commerce
48 persen seller mengatakan bahwa social commerce dapat menyediakan lebih banyak pelanggan potensial yang dapat ditargetkan.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan jasa pengiriman berbasis teknologi, Ninja Xpress bekerja sama dengan Milieu Insight merilis hasil riset Suara UKM Negeri Vol 4 yang membahas tentang "Seluk Beluk Social Commerce di Indonesia".
Riset ini melibatkan lebih dari 600 responden yang berasal dari para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berjualan secara online.
Dari hasil survey ditemukan sebanyak 48 persen seller mengatakan bahwa social commerce dapat menyediakan lebih banyak pelanggan potensial yang dapat ditargetkan.
Karakteristik platform social-first adalah unsur sosial, seperti dampak dari banyaknya pengikut dan konten buatan UKM, yang dimanfaatkan untuk membangun database dari konsumen.
Baca juga: Bela TikTok Shop, Menkominfo Budi Arie: Sosial Commerce Tidak Melanggar Undang-Undang
Oleh karena itu, UKM mengatakan ada lebih banyak pelanggan potensial yang dapat ditargetkan. Platform e-commerce-first, seperti Marketplace, perlu membayar lebih untuk membangun basis penggunanya.
Biaya pemasaran yang besar untuk mendatangkan konsumen ini kemudian dibebankan kepada UKM yang berjualan di platform tersebut.
Kedua, sebanyak 37 persen seller mengatakan social commerce membuka peluang mereka untuk lebih mudah untuk dikenal oleh target audiens yang relevan.
Ketika sebagian besar orang mengunjungi platform social-first, biasanya mereka ingin mencari hiburan.
Hal ini menciptakan peluang untuk Anda sebagai penjual dalam membuat konten yang kreatif dan relevan dengan brand untuk menarik perhatian pembeli (dan dompet mereka).
Ketiga, sekitar 34 persen dari seller menyebut mereka perlu mendiversifikasi kanal penjualan mereka untuk menargetkan audiens yang lebih beragam.
Menurut database Ninja Xpress tentang penjual Social Commerce di Asia Tenggara, 9 dari 10 orang mendirikan toko di Marketplace atau menjalankan brand.com mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan berbagai platform untuk promosi produk dan juga penjualan, para pelaku UKM sebenarnya telah mulai memanfaatkan platform social commerce dalam mendukung transaksi jual beli mereka.
Chief Marketing Officer Ninja Xpress Andi Djoewarsa, menjelaskan era digital merupakan era yang dinamis dan transformatif, kerap mengalami perubahan.
"Pelaku UKM tidak lagi disarankan untuk bergantung kepada salah satu platform belanja atau transaksi online. Strategi multi- platform dapat meminimalisir dampak bisnis apabila salah satu platform sedang menghadapi isu tertentu. Untuk itu kami juga mendorong pelaku UKM untuk terus mengembangkan potensi bisnisnya dengan mengembangkan situs online UKM-nya masing-masing dan memaksimalkan pemanfaatan social commerce untuk meningkatkan pendapatan," tutur Andi Djoewarsa dalam konferensi pers di Ninja Studio, Jakarta, Selasa (6/2/2024).
Riset juga menemukan kelompok E-Shopaholics yang merupakan kelompok pembeli online (e-shoppers) yang sudah terbiasa dan terus menerus berbelanja online.
Dalam riset tersebut, ditemukan bahwa media sosial adalah mesin pencari masa kini bagi para e-shopaholics dan mereka terbiasa berbelanja multi-platform yaitu di marketplace ataupun di social media.
Head of Trade Marketing Ninja Xpress Subarkah Dwipayana, menyebut selain peluang yang hadir dari platform social commerce, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh para pelaku UKM untuk memaksimalkan pemanfaatan social commerce.
"Ada 50 persen dari seller menyampaikan bahwa mereka masih memiliki kesulitan untuk membuat konten yang efektif dan 48 persen dari seller juga mengatakan sulit untuk mengejar algoritma platform yang terus berubah," imbuh Dwi.
Founder Sneakershoot Doni, mengungkap sebagai penjual alat pembersih sepatu dan juga menyediakan layanan pembersihan sepatu, social commerce menyediakan peluang bagi untuk dapat membangun komunikasi yang baik dan menjaga kepercayaan konsumen.
"Konsep social commerce memudahkan kami berhubungan dengan konsumen kami. Salah satu tantangan nya adalah google authority dimana UKM wajib memiliki website, oleh karena itu dengan Ninja Xpress membantu UKM membuatkan website membantu validitas UKM kami," ujar Doni.
Brand owner Pempek Belida Uriel Laguarda, mengatakan tantangan utama dalam pemanfaatan social commerce adalah saat beriklan. Untuk mengiklankan produk di sosial media hal yang sangat penting yaitu tepat sasaran baik waktu beriklan maupun tepat sasaran dalam menargetkan audiens disesuaikan dengan waktu-waktu tertentu karena ada masa dimana beriklan lebih mahal di momen tertentu.
"Selain itu, tantangan lainnya adalah pengiriman yang dapat mengantarkan produk cepat (makanan) dengan harga terjangkau dan hal tersebut dapat dijawab melalui pengiriman Ninja Xpress yang harganya sangat terjangkau bagi UKM," ujar Uriel.
Brand Owner Timonosd Agustina, menambahkan para pelaku UKM perlu beradaptasi dengan perkembangan social commerce termasuk didalamnya memahami algoritma dari sosial media itu sendiri untuk menjangkau lebih banyak audiens.
"Salah satu hal yang dilakukan adalah terus berkreasi dengan konten-konten yang relevan dengan target audiensi. Melihat tantangan tersebut, Ninja Xpress sebagai sahabat UKM juga menyediakan fasilitas Ninja Studio sebagai ruang explorasi bagi para pelaku UKM untuk membangun interaksi dengan customer secara offline," ungkap Agus.
Untuk memenuhi kebutuhan para pelaku UKM, Ninja Xpress menghadirkan layanan pembuatan website bagi para pelaku UKM, sehingga mereka dapat memiliki their own platform yang memberikan akses bagi mereka untuk mengembangkan bisnis dan memaksimalkan penjualan di social media mereka.
Selain itu layanan photo dan video produk yang disediakan oleh Ninja Xpress diharapkan dapat membantu relevansi antara konten dengan produk yang dijual oleh UKM tersebut.