Harga Turun saat Halving Bitcoin, Ini Penjelasannya
Tercatat, harga Bitcoin (BTC) turun ke angka Rp 1,03 miliar, setelah kemarin sempat bullish hingga menyentuh Rp 1,1 miliar.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Momentum halving Bitcoin terjadi pada Sabtu (20/4/2024), namun harga aset kripto tersebut bergerak di luar kebiasaan.
Tercatat, harga Bitcoin (BTC) turun ke angka Rp 1,03 miliar, setelah kemarin sempat bullish hingga menyentuh Rp 1,1 miliar.
Penurunan ini dilaporkan terjadi akibat imbas dari konflik geopolitik Iran - Israel.
Halving Bitcoin adalah aktivitas yang terjadi setiap empat tahun sekali dan ditunggu semua pelaku pasar aset kripto.
Baca juga: Perang Israel Vs Iran Memanas, Harga Bitcoin CS Catat Rapot Merah Anjlok di Bawah 60.000 Dolar AS
Dalam masa ini, imbalan atas penambangan aset kripto Bitcoin akan dipotong.
Momentum ini juga akan membatasi pasokan koin BTC, yang secara total sudah ditentukan sebanyak 21 juta koin.
Sesuai hukum ekonomi, berkurangnya pasokan dengan permintaan yang banyak akan membuat harga terkerek.
CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, terdapat sedikit perbedaan antara halving kali ini dengan halving-halving sebelumnya, karena harga Bitcoin mengalami penurunan.
"Saya sangat penasaran untuk melihat bagaimana perkembangan selanjutnya dan berapa kenaikan dari harga Bitcoin. Efek halving itu baru dirasakan pasca halving terjadi yaitu setelah supply Bitcoin dipotong setengahnya. Sebelumnya, harga Bitcoin biasanya dapat mengalami peningkatan dua kali lipat atau lebih setelah halving,” ujar Oscar ditulis Minggu (21/4/2024).
Jika dilihat secara historis, kata Oscar, pasar kripto akan memperlihatkan pertumbuhan positif pada enam hingga delapan bulan ke depan dan naik menuju all time high baru setelahnya.
Baca juga: Harga Bitcoin Terjun di Bawah 60.000 Dolar AS Usai Serangan Rudal Israel ke Iran
"Perlu diingat juga jika pasca halving akan terjadi penyesuaian harga yang harus diperhatikan oleh para investor dan trader kripto,” ucap Oscar.
Oscar juga mengatakan, kemungkinan siklus bull market atau menguat ini akan terjadi hingga pertengahan tahun 2025.
“Jika dihitung dari halving-halving sebelumnya, halving tahun ini terjadi satu bulan lebih cepat dari halving tahun 2020 yang terjadi di bulan Mei dan dua bulan lebih cepat dari halving tahun 2016 di bulan Juli 2016. Maka dari itu, diperkirakan jika bull market kripto tidak akan berakhir pada akhir tahun 2024, namun kemungkinan di pertengahan atau Q1 dan Q2 tahun 2025,” ucap Oscar.
Lebih lanjut Oscar mengatakan, hari-hari menjelang halving, terjadi peningkatan yang signifikan dalam aktivitas transaksi Bitcoin.
Mulai dari 4 April 2024, tercatat adanya lonjakan transaksi Bitcoin yang besar. Lebih dari 450.000 transaksi terkonfirmasi setiap hari selama 11 hari berturut-turut.
"Tren ini juga diikuti oleh kenaikan biaya transfer yang dimulai sejak 11 hari yang lalu, naik dari 2.86 dolar AS (sekitar Rp 40.860) menjadi 9.09 dolar AS (sekitar Rp 129.780) hanya dalam waktu tiga hari," ungkap Oscar.
Menurut Oscar, kondisi tersebut membuktikan meskipun terkesan harga Bitcoin pada halving kali ini menurun, antusiasme dan minat para investor dan trader terhadap Bitcoin dan aset kripto lainnya tetap tinggi.
"Ini karena efek dari halving tidak terbatas pada satu hari saja, tetapi berdampak panjang pada periode setelah halving nanti. Hal ini juga menunjukkan bahwa para investor dan trader percaya pada potensi jangka panjang dari aset kripto," paparnya.