Asosiasi E-commerce Pede Hadapi Deflasi 5 Bulan Berturut-turut
Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) percaya sektor e-commerce masih akan menunjukkan performa yang baik di tengah kondisi Indonesia
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) percaya sektor e-commerce masih akan menunjukkan performa yang baik di tengah kondisi Indonesia mengalami deflasi lima bulan berturut-turut.
Sekretaris Jenderal idEA Budi Primawan berharap dalam dua hingga tiga bulan ke depan, di mana akan ada acara besar seperti Pilkada 2024 serta perayaan Natal dan Tahun Baru, stabilisasi akan tercipta.
"Dari e-commerce sendiri, kami melihat masih ada kebutuhan untuk barang yang dibeli. Kan yang dibeli online itu mungkin bukan barang primer ya, bahkan bukan barang sekunder, itu barang tersier," kata Budi kepada wartawan di Jakarta Pusat, dikutip Selasa (8/10/2024).
Baca juga: Prospek Pasar E-commerce Indonesia Dinilai Jadi Alasan Temu Ingin Masuk RI
Menurut dia, kemudahan dalam fasilitas pembayaran dan banyaknya promosi yang ditawarkan di berbagai e-commerce turut menjadi pendorong bagi konsumen untuk berbelanja.
“Selama masih ada fasilitas pembayaran yang mudah, pasti orang akan masih melakukan (pembelian di e-commerce). Ditambah pada saat promo itu kan banyak promosi," ujar Budi.
Ia menilai konsumen kini sangat cermat. Mereka dapat dengan mudah membandingkan harga dan memilih penawaran terbaik.
"Konsumen itu akan memperhatikan harga karena sangat mudah kan untuk lihat di marketplace yang satu, harganya sekian. Jadi pasti dia ngecek dulu kan. Kalau di marketplace ini ada promo apa, akan milih," ucap Budi.
Meskipun secara industri e-commerce masih dalam kondisi baik, Budi mengingatkan bahwa situasi ini dapat bervariasi di masing-masing perusahaan.
"Jadi secara industri masih cukup bagus, tetapi kalau per perusahaan itu nanti bisa ditanyakan ke perusahaan masing-masing," pungkas Budi.
Baca juga: Perusahaan e-commerce Amerika Serikat, Etsy Mendapat Untung dari Bisnis di Pemukiman Ilegal Israel
Ditemui di tempat sama, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Moga Simatupang berharap situasi deflasi ini dapat berbalik setelah Pilkada 2024 serta perayaan Natal dan Tahun Baru.
"Event besar sekarang lagi menurun ya. Event besar pertama Lebaran, setelah Lebaran kan kita Pemilu. Pemilu ini kan sudah 5 bulan ya, kita berharap besok Pilkada dan juga Nataru akan normal kembali," kata Moga.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,06 pada Agustus menjadi 105,93 pada September 2024.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, deflasi bulan ini lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yakni 0,03 persen
"Deflasi pada bulan September 2024 ini terlihat lebih dalam dibandingkan bulan Agustus 2024 dan ini merupakan deflasi kelima pada tahun 2024 secara bulanan," kata Amalia dalam Rilis BPS, Selasa (1/10/2024).
Amalia menyatakan, kelompok penyumbang deflasi bulanan ini terbesar dari makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,59 persen dengan andil 0,17 persen. Selain itu, komoditas yang memberikan andil inflasi yakni ikan segar 0,02 persen, kopi bubuk sebesar 0,02 persen.
Kemudian, biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi, tarif angkutan udara dan sigaret kretek mesin (SKM) yang memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen.
Amalia bilang, deflasi sebesar 0,12 persen ini didorong oleh komponen harga bergejolak yang mengalami deflasi sebesar 1,34 persen. Komponen ini memberikan andil deflasi sebesar 0,21 persen.
Selain itu, komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,04 persen dengan andil inflasi sebesar 0,01 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah bensin.
"Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras dan tomat," tuturnya.