Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Asosiasi E-commerce Siap Bersaing dengan Temu Bila Hadir di Indonesia

Asosiasi e-commerce Indonesia (idEA) siap bersaing dengan platform e-commerce asal China, Temu, bila mereka memasuki pasar Indonesia.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Asosiasi E-commerce Siap Bersaing dengan Temu Bila Hadir di Indonesia
HO
Ilustrasi e-commerce 

 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi e-commerce Indonesia (idEA) siap bersaing dengan platform e-commerce asal China, Temu, bila mereka memasuki pasar Indonesia.

Sekretaris Jenderal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Budi Primawan mengatakan, model bisnis Temu berfokus pada cross-border e-commerce.

Budi tak masalah jika Temu menjadi pemain baru dalam industri e-commerce dalam negeri. Yang penting, mereka mengikuti peraturan yang ada.

Baca juga: Aplikasi Temu Masih Coba Masuk RI, Kemendag: Ini Era Digitalisasi, Kita Tidak Bisa Menghindar

Peraturan yang dimaksud Budi adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan melalui Sistem Elektronik.

"Selama mereka mengikuti peraturan yang ada, Permendag 31 tahun 2023, berarti kan cross border langsung, harus harganya 100 dolar minimal. Nah ini mereka ikutin, silakan aja gitu (beroperasi di Indonesi)," kata Budi kepada wartawan di Jakarta Pusat, dikutip Selasa (8/10/2024).

BERITA REKOMENDASI

Budi pun menyoroti kekuatan Temu di pasar Amerika dan Eropa, di mana mereka mampu menyediakan barang-barang yang unik dengan harga terjangkau.

Temu disebut mampu memproduksi barang yang tidak dibuat oleh perusahaan Amerika.

"Itu kan karena barang-barang mereka, buat konsumen di Amerika, murah nih, lucu, unik, yang enggak diproduksi oleh perusahaan Amerika gitu kan," ujar Budi.

Budi kembali menegaskan pentingnya persaingan yang sehat antar perusahaan. Selama Temu mengikuti peraturan yang berlaku, ia mengaku siap bersaing.

"Persaingan sih terbuka ya sama seperti yang kita alami sekarang dengan teman-teman di marketplace dan e-commerce lain," ucap Budi.

Baca juga: Prospek Pasar E-commerce Indonesia Dinilai Jadi Alasan Temu Ingin Masuk RI 

"Intinya persaingannya sehat, yang penting fair gitu. Kalau mereka (Temu) ikut peraturan dan sebagainya sih, ya monggo," pungkasnya.

Saat ini, Temu sudah bisa ditemukan oleh warga Indonesia di Play Store bagi pengguna Android dan App Store bagi pengguna iOS.

Tribunnews telah mencoba mengunduh aplikasi Temu melalui Play Store. Hasilnya, harga masih tercantum dalam dolar, belum rupiah.

Temu Coba Masuk Pasar Indonesia

Menurut Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Fiki Satari, sejak September 2022 lalu aplikasi TEMU telah berupaya mendaftarkan merek sebanyak tiga kali di Indonesia. 

Bahkan pada 22 Juli 2024, aplikasi TEMU sempat mengajukan ulang pendaftarannya di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KemenkumHAM).

"Aplikasi Temu dari China ini sudah coba mendaftarkan merk, desain, dan lainnya ke DJKI, tapi tidak bisa karena sudah ada perusahaan asal Indonesia dengan nama serupa dan dengan KBLI yang mayoritas sama. Tapi kita tidak boleh lengah, harus kita kawal terus," ujar Fiki di Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Sementara itu, Pelaksana Tugas Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM Temmy Satya Permana mengatakan, pihaknya telah melakukan pengecekkan terhadap aplikasi tersebut. Kesimpulannya, Temu dianggap bisa merusak pasar Indonesia. 

Temu memiliki konsep menjual barang langsung dari pabrik ke konsumen tanpa adanya seller, reseller, dropshipper maupun afiliator, sehingga tidak ada komisi berjenjang. 

Hal itu yang dikhawatirkan dapat membunuh usaha para pelaku UMKM dalam negeri. 

"Ini berpotensi untuk bisa menjadi perusak pasar nih kalau saya lihat," ujar Temmy di Jakarta, Kamis (3/10/2024).

Saat ini, kata Temmy, Temu sudah masuk ke negara tetangga, yakni Malaysia. Berkaca dari Malaysia, menurut Temmy, seharusnya Indonesia jangan sampai 'kecolongan'.

"Ternyata Indonesia sudah lebih aware melindungi produk-produk," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas