Diacuhkan di Dalam Negeri, Malaysia ‘Gaet’ Pakar Mobil Listrik Asal Indonesia
Keduanya memutuskan untuk mengambil pinangan dari Malaysia untuk mengembangkan mobil listrik.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Belum terlihatnya keseriusan pemerintah mengembangkan teknologi mobil listrik membuat dua putra bangsa mengambil kesempatan di negeri orang.
Keduanya memutuskan untuk mengambil pinangan dari Malaysia untuk mengembangkan mobil listrik.
"Dua anggota kami pergi ke Malaysia untuk mengembangkan mobil listrik nasional negeri itu. Mereka dibayar," ucap Sukotjo Herupramono, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Kendaraan Listik Bermerek Nasional (Apklibernas) di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (24/2/2016).
Saat ditanya nama kedua putra bangsa yang "dibajak" Malaysia untuk mengembangkan mobil listrik nasionalnya, Sukotjo memilih untuk bungkam.
Satu hal yang ingin ditekankan Sukotjo adalah, kemampuan Indonesia dalam mengembangkan teknologi sebenarnya besar dan potensial.
Namun, karena kurang diperhatikan sehingga kesempatan melayang.
"Maksud kami, teknologi mobil listrik ini kan masih baru. Untuk itu Indonesia punya kesempatan yang sama dengan negara lain," kata Sukotjo lagi.
Saat ditanya soal "pengalaman buruk" proyek mobil listrik nasional besutan mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang bermasalah dan menjebloskan beberapa pengusaha ke bui, Sukotjo mengaku angkat topi.
"Intinya kami menghargai semua upaya yang sudah dilakukan teman-teman sebelumnya. Tetapi, potensi ini memang benar ada dan wajib dimaksimalkan," ucap Sukotjo.
September 2015 lalu, Ricky Elson, pencipta mobil listrik nasional Selo, menyatakan ada tawaran padanya untuk mengembangkan prototipe untuk Malaysia.
Sejak awal, Selo memang dicita-citakan punya generasi penerus.
Selo sendiri adalah hasil pengembangan mobil sport listrik Tuxuci yang digagas mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan.
"Kalau ada yang bisa lebih bagus untuk kami berkarya kenapa tidak. Kesempatan terbuka di sana," ujar Ricky, Kamis (3/9/2015).
Ricky lebih lanjut mengatakan, status yang ia buat tidak berarti sindiran kepada siapa pun dan bukan wujud rasa kecewa.
"Itu serius, bukan pekerjaan saya sindir-sindiran. Saya serius. Saya gak kecewa karena dari awal saya sudah tahu bagaimana proses pengembangan di Indonesia," kata Ricky. (Agung Kurniawan/Kompas.com)