Pasar Lesu, Januari-April Penjualan Kendaraan Niaga Ambles 28,54 Persen
Sepanjang Januari-April 2016, penjualan kelompok mobil niaga turun 28,54 persen menjadi 71.905 unit.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Tanda-tanda kelesuan ekonomi makin terasa. Setidaknya hal tersebut tampak pada kelesuan penjualan mobil niaga.
Maklum, selama ini naik turun penjualan mobil niaga selalu mengikuti laju pertumbuhan ekonomi dan geliat bisnis di sektor riil.
Tahun ini, volume penjualan berbagai jenis mobil niaga, baik pick up, light truck truk dan bus, benar-benar amblas.
Sepanjang Januari-April 2016, penjualan kelompok mobil niaga turun 28,54 persen menjadi 71.905 unit.
Bahkan volume penjualan itu menjadi yang terendah dalam enam tahun terakhir untuk periode Januari-April.
Nyaris semua prinsipal mengakui, lesunya ekonomi menjadi biang keladi penurunan penjualan mobil niaga.
"Produk domestik bruto yang tumbuh di bawah 5 persen menunjukkan daya beli masih lemah, sehingga pasar mobil komersial turun," kata Amelia Chandra, Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor, Selasa (17/5/2016).
Pasar mobil niaga tahun ini juga anomali. Menurut Duljatmono, Direktur Marketing Divisi Pemasaran PT Krama Yudha Tiga Berlian, biasanya menjelang Ramadan adalah momentum menjual mobil sebanyak-banyaknya. Toh sejauh ini tanda-tanda itu belum kelihatan.
Penurunan penjualan mobil niaga memang sejalan dengan kebijakan bisnis sejumlah pelaku usaha yang menjadi konsumen mobil tersebut. Ada tiga konsumen utama.
Pertama, perusahaan sektor komoditas, baik komoditas perkebunan maupun pertambangan. Tren penurunan harga komoditas berkepanjangan membikin investasi belanja kendaraan tertunda.
Kedua, perusahaan sektor transportasi. Yudi Setiawan Hambali, pemilik PO Sumber Alam mengaku tak berencana belanja bus pada tahun ini.
Ketiga, perusahaan logistik. Arman Yahya, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengatakan industri logistik tak bisa berkembang pesat karena terkendala infrastruktur.
Selain tiga hal tadi, pasar mobil niaga juga terkendala dari sisi cara penjualan.
Catatan Astra Daihatsu Motor, sebanyak 90 persen penjualan mobil niaga dalam bentuk kredit.
Masalahnya, banyak perusahaan leasing yang mengurangi penerimaan kredit bagi pembelian mobil komersial. "Kredit macetnya cukup tinggi," ujar Duljatmono.
Pelaku usaha berharap masih ada efek gulir positif dari belanja pemerintah tahun ini.
"Baik untuk proyek infrastruktur maupun layanan publik termasuk bus," harap Ardiyasa Dwisaputra, Promotion and Public Relations PT Hino Motors Sales Indonesia.
Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri/Juwita Aldiani