Brexit Industri Otomotif Inggris akan Terpuruk Tanpa Dukungan Eropa
Para pemimpin industri otomotif Inggris berharap Inggris harus bisa mengamankan akses mereka ke pasar tunggal Eropa.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, LONDON- Industri otomotif Inggris saat ini tengah cemas. Pasalnya, kemenangan kubu Brexit pada referendum 23 Juni lalu akan berdampak negatif bagi bisnis mereka.
Pelaku industri otomotif ini pun meminta bantuan pemerintah Inggris agar penurunan ekonomi bisa sedikit tertahan.
Para pemimpin industri otomotif Inggris berharap Inggris harus bisa mengamankan akses mereka ke pasar tunggal Eropa.
Jika hubungan dengan blok perdagangan memburuk, mereka mengingatkan, pabrik otomotif Inggris tidak akan mampu berkompetisi dengan pesaing global atau menyamai tingkat pertumbuhan bisnis saat ini.
Saat ini, industri otomotif Inggris merupakan salah satu industri yang memiliki suara signifikan dalam negosiasi mengenai masa depan Inggris dengan Uni Eropa.
Ini karena ada 814.000 pekarja di seluruh Inggris yang menggantungkan hidupnya dari industri ini.
Namun, banyak pihak menilai, pengamanan akses ke pasar tunggal Eropa tanpa ada timbal balik lainnya akan menjadi tugas berat bagi pemerintah Inggris.
Apalagi, sebelumnya, pimpinan Eropa sudah menegaskan, Inggris tidak akan bisa lagi mendapatkan akses ke pasar tunggal tanpa menerima pergerakan bebas masyarakat.
Di sisi lain, kampanye kubu Brexit banyak menjanjikan bahwa pergerakan bebas itu akan dihentikan jika mereka memenangkan referendum.
Ini harga yang cukup mahal bagi produsen mobil asing yang menanamkan investasi besar di Inggris.
Nissan, misalnya. Perusahaan otomotif yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pemerintah Prancis ini mengoperasikan pabrik besar di sebelah tenggara Sunderland.
BMW dari Jerman juga memproduksi mobil di negara Ratu Elizabeth itu. Demikian pula Bentley, pemilik Volkswagen.
Nissan sudah mengucurkan dana senilai 3,85 miliar poundsterling atau US$ 5,2 miliar di Inggris.
Sementara, pesaingnya asal Jepang yakni Toyota dan Honda masing-masing berinvestasi sekitar 2,2 miliar poundsterling atau US$ 3 miliar.