Mengapa Mudik Naik Motor Masih Jadi Andalan? Ini Alasannya
Menurut YIMM ada empat alasan masyarakat tetap nekat mudik mengendarai sepeda motor, berikut ulasannya.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yamaha Motor Manufacturing Indonesia (YIMM) absen menggelar acara rutin mudik bareng tahun ini, alasannya bukan karena mendukung pemudik berhenti menggunakan sepeda motor tapi karena efisiensi perusahaan.
Menurut YIMM ada empat alasan masyarakat tetap nekat mudik mengendarai sepeda motor, berikut ulasannya.
Irit
Dari angka efisiensi bahan bakar, motor memang jauh mengungguli mobil. Artinya, Isi lebih sedikit bensin motor bisa melaju lebih jauh.
Tapi jelas menggantung nyawa pada keseimbangan punya risiko lebih besar, apalagi kalau perjalanannya lebih dari 100 km.
YIMM mengingatkan motor hanya untuk dua orang, jadi jangan membawa penumpang lebih dari satu orang. Hindari juga membawa barang bawaan yang mengganggu perjalanan. Idealnya total beban yang diangkut motor tidak lebih dari 150 kg dihitung berat pengemudi, penumpang, dan barang.
Cepat sampai
Jalur mudik identik macet. Dibanding hari biasa, pada rute yang sama saat mudik bisa menghabiskan waktu sampai dua atau tiga kali lipat.
Di sinilah keunggulan motor, selain irit motor dianggap bisa “nyempil” di tengah kemacetan. Namun, perlu diingat aktivitas memengang setang motor lebih boros tenaga dan konsentrasi dibanding menyetir.
Kelebihan lain, motor memang tidak boleh pakai jalur tol tetapi lihai menerabas jalur alternatif.
Buat dipakai di kampung
Satu alasan klise yang ternyata masih jadi alasan mudik pakai motor menurut YIMM yaitu agar bisa digunakan beraktivitas di kampung.
Bisa jadi mau dipakai buat mengunjungi rumah saudara saat Lebaran atau dipakai jalan-jalan ke objek wisata dekat rumah.
Alasan itu semakin kuat, karena transportasi umum yang tersedia di daerah belum mumpuni.