Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Otomotif

Beda Mobil Listrik Buatan Indonesia dan Luar Negeri di GIIAS 2016

Pengelola Kupu-Kupu Malam Auto Fashion, Kunto Wibisono, menyebutkan Celo adalah murni buatan Indonesia

Penulis: Valdy Arief
Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Beda Mobil Listrik Buatan Indonesia dan Luar Negeri di GIIAS 2016
TRIBUN/AHMAD ZAIMUL HAQ
Rektor ITS, Joni Hermana (kiri) dalam peluncuran mobil listrik tenaga surya, Widya Wahana V di gedung rektorat, Senin (14/9). Mobil itu pada bulan Oktober mendatang akan mengikuti World Solar Challange 2015 di Australia. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Pada satu sisi gedung Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City terdapat empat unit mobil yang tampilannya berbeda dari kebanyakan. Satu di antaranya adalah mobil sport bercat kuning. Pintunya yang bermodel bak sayap kupu-kupu dibiarkan terbuka.

Mobil itu adalah Celo Electric Car. Sesuai namanya, kendaraan roda empat ini tidak mengantungkan sumber energinya dari bahan bakar minyak (bbm).

Pengelola Kupu-Kupu Malam Auto Fashion, Kunto Wibisono, menyebutkan Celo adalah murni buatan Indonesia. "Dibuatnya di Yogya," katanya, Jumat (12/8/2016).

Hingga kini, dia menuturkan Celo belum dipasarkan secara luas. Meski sudah berkali-kali menjajal aspal Indonesia. "Bisa dibilang masih prototype," sebu Kunto.

Celo ditampilkan di sebuah booth dalam Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016. Tempatnya tidak khusus. Mobil itu harus berbagi tempat dengan tiga kendaraan lain yang juga dipamerkan pembuatnya. Hanya ada tiang dan pita yang membatasi pengunjung.

Hal yang berbeda tampak pada mobil-mobil prototipe lainnya. Semisal Honda Clarity yang diberi panggung khusus. Pengunjung pameran bahkan tidak boleh naik ke tempatnya bertengger.

Keadaan serupa juga terpantau pada Lexus LF-FC dan Lexus RC F GT3. Pabrik mobil mewah asal Jepang itu, memberi pagar dari kaca agar kendaraannya tidak bisa disentuh sembarangan.

Berita Rekomendasi

Kunto menceritakan Celo dibuat atas permintaan Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang ketika itu dipimpin Dahlan Iskan untuk dipamerkan pada Konvensi Tingkat Tinggi APEC (Asian-Pasific Economy Cooperation) 2013 di Bali.

Pembuatan satu unit Celo dia sebut memakan biaya Rp 2 miliar. Agar dapat dilihat Barack Obama ketika berkunjung ke Bumi Dewata, pengerjaannya dikebut hingga selesai dalam waktu tujuh bulan. Sehingga ketika pertemuan kepala negara itu berlangsung, ada lima unit mobil listrik buatan Kupu-Kupu Malam yang berhasil dipamerkan.

Dalam proses hingga dapat melaju diatas aspal, Ricky Elson yang dikenal sebagai pembuat mobil listrik ikut membantu. Sedangkan Kupu-Kupu Malam melibatkan sekurangnya 30 pegawainya yang dibagi dalam tiga tim. "Ada tim untuk interior, body, dan mesin," sebut Kunto.

Proses hingga Celo dapat berjalan seperti mobil lainnya tidak mudah. Menurut Kunto, keterbatasan alat untuk mengukur setelan di beberapa bagian mesin menjadi kendala utama. "Jadi kami setting se-pas-nya saja. Kalau dirasa belum pas, diubah lagi sampai pas benar," ujarnya.

Senada dengan pengelola bengkel modifikasi itu, Budi Raharjo yang berperan sebagai teknisi di bagian kelistrikan menuturkan ada tantangan tersendiri dalam membuat mobil listrik karya orang Indonesia. Terlebih, mereka dikejar tenggat waktu. "Waktu sudah hampir sampai deadline, kami kerja sampai tidak tidur," sebut Budi.

Meski demikian, Celo bukan kendaraan bertenaga listrik pertama buatan Indonesia yang mengaspal. Kunto mengakui ada mobil listrik lain yang sudah melaju di jalanan tanah air, walau mengalami beberapa kendala. "Ini yang kedua. (Mobil listrik) yang pertama Tucuxy. Pernah kecelakaan dulu," kata Kunto.

Tucuxy yang dimaksud Kunto adalah kendaraan listrik prototipe milik Dahlan Iskan. Mobil itu mengalami kecelakaan pada Januari 2013 sehingga ringsek di bagian depannya.

Kesalahan pada model pertama, ternyata sempat berpengaruh pada perasaan teknisi Cero. Budi mengaku pada kali perdana mesin dinyalakan hingga berjalan ada rasa gugup pada dirinya. "Deg-degan sekali waktu pertama kali. Tapi setelah semuanya lancar saya lega sekaligus bangga," ungkapnya.

Selain sukses melaju di Bali, Cero telah melintasi jalan di beberapa kota. "Di Yogya hampir setiap bulan. Di Jakarta juga sudah kami bawa berkeliling," kata laki-laki yang akrab disapa Jemani.

Mengenai spesifikasi, Cero tidak kalah dengan beberapa mobil listrik lain. Dengan baterainya yang berkapasitas 360 volt, dia dapat melaju hingga jarak 250 kilometer dengan pengisian daya selama tiga jam. Pembuatnya bahkan menyamakan perfoma roda empat ini dengan mobil 3000 cc.

Meski bermodel mobil sport dan hanya punya dua pintu, Cero dapat mengangkut hingga penumpang. Body-nya pun terbilang tidak ketinggalan jaman karena terbuat dari fiber yang ringan.

Hanya saja, baik Kunto dan Jemani merasa sedikit kecewa. Mereka merasa pasca-APEC 2013, tidak ada lagi dorongan pemerintah untuk pengembangan teknologi atau menjadikan Cero sebagai mobil produksi massal.

"Padahal waktu kami kembangkan pertama kali, kita tidak terlalu jauh terlambat dengan negara lain," jelas Jemani.

Sedangkan Kunto melihat mobil listrik sebagai teknologi yang akan diikuti semua negara. "Mau, tidak mau, pasti nanti lari ke sini (teknologi mobil listrik). Manfaatnya jauh sekali," katanya.

Manfaat mobil listrik, jelas Kunto, jauh lebih baik dari mobil konvensional. Selain ramah lingkungan, biaya perawatan dan penggunaannya rendah. "Untuk 10 kilometer, biayanya kurang dari Rp 2000,".

Kini Kunto dan beberapa rekannya terus memamerkan mobil listriknya. Mereka juga berupaya tetap melakukan pengembangan melalui kerja sama dengan beberapa universitas.

Terakhir, Kunto menyebut telah ada komunitas pengembang mobil listrik di Indonesia. Mereka bergabung dengan tujuan memecahkan keterbatasan dalam pengembangan teknologi masa depan ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas