Potensi Bahaya di Gerbang Tol Otomatis
Di gerbang tol Semanggi 1 atau gerbang Karang Tengah Barat 1 dan 2. Setiap kendaraan yang ingin melintas wajib melakukan transaksi non tunai.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Jasa Marga Tbk selaku operator jalan tol saat ini memang sedang gencar membuat Gerbang Tol Otomatis (GTO) di setiap gerbang. Bahkan di beberapa ruas, Jasa Marga tidak lagi menghadirkan gerbang untuk transaksi tunai.
Misalnya, di gerbang tol Semanggi 1 atau gerbang Karang Tengah Barat 1 dan 2. Setiap kendaraan yang ingin melintas wajib melakukan transaksi non tunai.
Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang sedang gencar menggalakkan transaksi non tunai di segala aspek. Di lain sisi, proses transaksi saat melewati gerbang pun jadi lebih cepat sehingga bisa mereduksi panjang antrean.
Namun, setiap kebijakan tentu ada sisi negatifnya. Misalnya masih banyak pengguna tol yang masih belum tahu bahkan purapura tidak tahu akan keberadaan jalur khusus ini.
Sebenarnya Jasa Marga sudah menyiapkan infrastruktur akan keberadaan GTO ini. Seperti di gerbang tol Karang Tengah sudah disediakan rambu yang jaraknya 500 meter sebelum gerbang tol.
Pada rambu itu, disebutkan untuk pengguna GTO gunakan lajur kuning. Selain itu, di jalan juga tersedia lajur yang dicat kuning untuk memperjelas lajur khusus GTO.
Meski rambu sudah tersedia, cat warna mencolok di jalan tersedia serta gerbang GTO sudah jelas terpampang, masih ada saja pengguna mobil yang salah masuk ke lajur GTO.
Akibatnya ada mobil yang sudah masuk ke lajur tapi terpaksa mundur karena tidak punya kartu e-toll.
Bagaimana menyikapi hal tersebut? Bila Anda memang sudah dalam antrean, sementara mobil di depan tidak punya kartu e-toll atau bahkan memiliki tapi saldo tidak mencukupi, satu-satunya cara, mau tidak mau, Anda memberikan kartu e-toll agar gerbang terbuka dan menagih uang senilai yang telah digunakan penguna mobil di depan Anda.
Namun, perlakuan di atas berlaku hanya untuk gerbang metode terbuka, seperti gerbang masuk atau gerbang keluar seperti tol dalam kota, tol lingkar luar Jakarta atau tol Jakarta-Merak.
Sementara untuk tipe gerbang tol tertutup seperti jalan tol Jagorawi atau ruas tol Cikampek setelah Cikarang Utama, jangan sekali-kali memberikan kartu e-toll pada pemakai jalan di depan Anda.
Karena di ruas tol seperti ini, ketika masuk Anda diminta untuk menempelkan kartu ke mesin pembaca tanpa harus mengambil kartu tol. Sehingga saat keluar, mesin pembaca akan membaca dari mana gerbang asal.
Bila Anda memberi ke pengguna jalan di depan, Anda sendiri yang rugi karena tidak akan bisa keluar dari gerbang.
Waspadai Kejahatan
Modus kejahatan juga dimanfaatkan oleh beberapa oknum dengan cara mengganti kartu e-toll bila Anda tidak jeli ketika orang pinjam kartu. Solusinya, Anda bisa memberikan ciri khusus pada kartu tersebut misalnya ditempel stiker yang mudah Anda kenali.
Cara lainnya, saat ini ada jasa yang bisa custom kartu e-money dengan gambar yang disesuaikan keinginan.
Misalnya logo komunitas, foto keluarga atau gambar yang Anda sukai. Tapi butuh biaya tambahan tentunya untuk custom kartu ini. Biayanya berkisar Rp 90 ribu sudah termasuk saldo sebesar Rp 20 ribu.
Kerjasama Bank
Saat ini, tidak hanya monopoli bank Mandiri. Setidaknya sudah ada 4 bank yang kartunya bisa digunakan transaksi non tunai di GTO. Seperti e-money dari bank Mandiri, Tap Cash dari BNI 46, Brizzi dari Bank Rakyat Indonesia serta B-Link dari Bank Tabungan Negara.