Begalz Racing, Klub Balap Moge yang Semua Anggotanya Pilot Garuda Indonesia
Klub ini dengan tim kecilnya yang terdiri dari mekanik dan beberapa pebalap, turun di beberapa kelas seperti BB7 Super FFA.
Penulis: Choirul Arifin
"Velg-nya kita ganti dengan velg OZ racing yang bobotnya untuk kombinasi velg depan dan belakang hanya 8 kg. Ada penurunan bobot kendaraan sebesar 10 kg dengan velg baru ini. Kita beli dari Italia khusus disiapkan untuk balapan ini," tutur Azis.
Starter Ricko Bochel yang pebalap asli Surabaya mengatakan, saat dirinya turun di kelas Free for All mampu meraih peringkat 5 dan di kelas Super Sport sampai dengan 1500 cc dia meraih podium juara 1.
"Saya terus terang baru kali ini nyobain balap moge yang 400 cc ke atas. Ternyata ngeri, terlalu kencang motornya, saya nggak kuat tangan," aku Ricko yang bertubuh kecil dan ramping ini.
Dia menambahkan, H-1 balapan, yakni pada Jumat, dia sudah mencoba latihan di Sirkuit Lanud Rumpin.
"Memang butuh penyesuaian sih untuk bawa motor dengan CC gede seperti ini. Kalau kita bawa motor ber-CC besar seperti Yamaha R6 ini (600 cc), harus lebih sabar, pintar-pintarnya kita bawa dan ngikuti ritme mesinnya saat mesin di putaran bawah. Untuk putaran atasnya moge semacam ini memang ngeri bawanya. Ini event pertama yang saya ikuti," tutur Ricko panjang lebar.
Nggak Pake Intimidasi
Yang membuatnya puas, peserta balap moge seperti di 'Indonesia Drag Wars' seperti ini rata-rata sikapnya sangat dewasa saat bertanding. Tidak seperti di balapan motor ber-cc kecil yang berdasar pengalamannya, pebalapnya mudah 'panas' dan dendam lalu main ancam ke pebalap lain.
"Event seperti ini lebih bagus sih, orang-orangnya kompak, sportif dan fair play. Kalau sudah menang, kita malah disamperin dikasih ucapan selamat. Saya lihat anak anak club moge seperti Harley lebih dewasa ya. Kalau di balapan motor cc kecil kan suka main ancam," ungkapnya.
Baca: Sewa Sirkuit Terlampau Mahal Jadi Kendala Pengembangan Drag Race Moge
Bagaimana dengan soal regulasi balapan moge? "Lebih bagus dibebasin saja ya. Misal kelas motor 1000cc ya 1.000 cc saja, karena mau (curang main) upgrade mesin juga ngga mungkin," imbuhnya.
Dari pengalaman membalap di ajang ini, Ricko Bochel punya impresi, mereka yang bagus di balapan drag race motor ber-cc kecil dan sering juara, belum tentu akan sukses juga tampil di podium ketika nyalinya diadu di drag race moge.
"Pemain yang bagus di drag race motor kecil saya yakin belum tentu bisa bawa moge drag race," tuturnya.
Ricko menambahkan, motor Yamaha R6 yang membawanya tampil di podium juara di 'Indonesia Drag Wars' kali ini masih sepenuhnya motor standar pabrikan Yamaha.
"Kondisi motornya masih standar, kita cuma ganti knalpot untuk Yamaha R6 ini. Baru kemarin saya coba buat latihan. Ini kesempatan saya bawa dan rasakan feel-nya moge," tandas Ricko Bochel yang di Surabaya terbiasa balapan drag race dengan menunggangi ER6 kelas 2 silinder, 600 cc ini.
Menariknya, di' 'Indonesia Drag Wars' Ricko juga sempat mencoba membalap pakai BMW S1000 RR. Rupanya dia sulit beradaptasi dengan karakter motor ini yang memiliki banyak sensor untuk Electronic Control Unit (ECU)-nya ini.
"Ternyata sensornya nyala terus. Maunya saya, sensor itu dimatikan saja biar saya mengatur ritme balapan. Tadi pas saya pakai, sensor lost control-nya nyala-nyala," ujarnya tergelak.
Penulis: Choirul Arifin