Mobil Hidrogen Besutan Mahasiswa ITS Berjaya di Shell Eco-marathon Asia 2019
Shell Eco-marathon (SEM) yang merupakan sebuah ajang kompetisi untuk pelajar atau mahasiswa yang memiliki minat menciptakan kendaraan hemat energi
Penulis: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mobil hidrogen ‘Antasena’ besutan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) naik podium pertama di internasional Shell Eco-marathon Asia 2019.
Shell Eco-marathon (SEM) yang merupakan sebuah ajang kompetisi untuk pelajar atau mahasiswa yang memiliki minat menciptakan kendaraan yang paling hemat energi di dunia.
“Sejak digelar pertama kali 10 tahun yang lalu, Shell Eco-Marathon (SEM) Asia telah melahirkan banyak inovator muda Indonesia yang berprestasi dan bertalenta,” kata Darwin Silalahi, Presiden Direktur & Country Chairman PT Shell Indonesia dalam keterangan tertulis.
Shell, sambung dia, berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam mendukung kebangkitan teknologi Indonesia.
Mobil Antasena karya tim mahasiswa ITS menjadi mobil fuel cell berbahan bakar hydrogen {mobil hidrogen} pertama yang diciptakan oleh mahasiswa Indonesia dan berhasil mencapai prestasi di ajang kompetisi internasional.
Baca: Isi Bensin di SPBU Shell, Bawa Pulang Koleksi Model Ferrari
Pencapaian cemerlang ini patut diapresiasi dan dijadikan momentum kebangkitan teknologi otomotif di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan semangat Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus.
Sebagai satu-satunya tim dari Indonesia yang menggunakan mobil listrik fuel cell berbahan bakar hydrogen (kemurnian 99,9%), Tim Antasena terpilih untuk mewakili Asia di ajang Shell Eco-marathon Drivers’ World Championship 2019 di London, Inggris, 5 Juli lalu.
Mobil ini merupakan mobil mereka yang pertama kali berkompetisi di Shell Eco-marathon sejak keikutsertaan terakhir di tahun 2014, sehingga masih banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan performa mobil ini.
General Manager Tim Antasena 2019, Ghalib Abyan menjelaskan perancangan mobil hidrogen - yang diberi nama FCH 1.0 - ini memakan waktu lima
bulan.
Mobil ini yang pertama kali berkompetisi di Shell Eco- marathon sejak keikutsertaan terakhir di tahun 2014, sehingga masih banyak yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan performa mobil ini.
”Kami bekerja keras untuk dapat mengembangkan mobil ini. Dengan segala keterbatasan yang kami hadapi -mulai dari pengadaan bahan baku, akhirnya kami
berhasil menghantarkan mobil Antasena FCH 1.0 meraih prestasi membanggakan dan membawa harum nama Indonesia di ajang internasional, Shell Eco-marathon," kata Ghalib.
Melalui ajang ini, sambung dia, Tim Antasena ingin memperoleh banyak pengalaman dan ilmu yang sangat berharga untuk dapat menyempurkan pengembangan sebuah mobil masa depan yang ramah lingkungan.
”Dengan berbagai keunggulan, maka sudah saatnya menjadikan hidrogen sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang patut
dikembangkan. Kami yakin, dengan kesempatan, dukungan dan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah dan banyak pihak, anak-anak muda Indonesia dapat menciptakan karya besar yang memberikan manfaat bagi masa depan dunia,” pungkasnya.