Fokus ke Pasar Roda Dua, Mandala Finance Proyeksikan Pembiayaan Sepeda Motor Rp 6,8 Triliun
PT Mandala Multifinance Tbk memproyeksikan bisa menyalurkan Rp 6,8 triliun pembiayaan ke segmen ini dengan pasar utama di Indonesia Timur tahun ini.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembiayaan kendaraan roda dua masih menjadi pasar yang sangat menjanjikan bagi perusahaan pembiayaan (multifinance). PT Mandala Multifinance Tbk memproyeksikan bisa menyalurkan Rp 6,8 triliun pembiayaan ke segmen ini dengan pasar utama di Indonesia Timur tahun ini.
Direktur Bisnis Mandala Finance Christel Lasmana dalam diskusi terbatas dengan editor media, Kamis (20/1/2022) mengatakan, ada kenaikan sekitar Rp 1,8 triliun jika dibandingkan dengan realisasi penyaluran pembiayaan di 2021.
Christel menjelaskan, pihaknya tidak hanya membiayai pembelian sepeda motor baru, tapi juga motor bekas. "Perbandingannya saat ini 50:50. Lebih dari 50 persen pembiayaan kita ke motor Honda," ujarnya.
"Mayoritas penyaluran pembiayaan kita di Indonesia Timur. Sebanyak 99 persen lebih pembiayaan ke roda dua baik motor baru dan bekas. Untuk lifestyle maupun kebutuhan usaha produktif, nasabah kita sangat mengandalkan roda dua. Karena kita masuk ke ritel, pandemi tidak terlalu berdampak," bebernya.
Baca juga: Pembiayaan Mobil Bekas Diprediksi Tetap Bergairah Tahun Ini Meski Ada Insentif PPnBM
Saat ini Mandala Finance mulai mendifersifikasi segmen pembiayaan ke produk elektronik dan furnitur.
Untuk menyalurkan semua pembiayaan ini, pihaknya sangat terbantu oleh platform digital yang sudah diadopsi oleh perusahaannya sejak beberapa waktu lalu.
Adopsi platform digital ini memudahkan tenaga pemasar Mandala Finance dalam meraih nasabah dan pasar baru di daerah yang semula tidak terjangkau oleh cabang offline.
Baca juga: OJK Cabut Izin Perusahaan Pembiayaan PT Trevi Pelita Multifinance
Felix Nugroho, Direktur Teknologi Informasi Mandala Finance mengatakan, perusahaannya masuk ke platform digital lewat aplikasi Mantis.
"Digitalisasi ini sangat membantu kerja cabang cabang kita di daerah seolah kita memiliki banyak cabang.
Pasar kita sangat baik di Indonesia Timur seperti Sulawesi, Maluku, Papua, kemudian disusul Sumatera dan Kalimantan, baru kemudian Jawa," kata dia.
Baca juga: Fitur Autopilot Picu Kecelakan Fatal, Pengemudi Mobil Tesla Diincar Pasal Pembunuhan
"Digitalisasi pembiayaan yang dihadirkan aplikasi Mantis di sisi front end berjalan bersamaan dengan penetrasi dan edukasi pasar secara konvensional, bahkan di daerah terpencil," ujarnya.
Pengguna Mantis saat ini mencapai 300 ribu user didominasi milenial dan generasi Z.
"Karena kemudahannya, semua tenaga penjual kita pakai aplikasi ini. Banyak nasabah Mandala berada di daerah dan penyaluran online to offline jadi strategi kita. Teknologi digital membantu mempermudah kita ekspansi ke pelosok," imbuhnya.
Baca juga: Pemain Baru di Trayek Jakarta-Sumbar, PO Palala Akan Andalkan Armada Mercedes-Benz OH 1526
"Digitalisasi kita nggak hanya mencakup di penjualan tapi juga di front end. Misalnya memudahkan kita dalam merestrukturisasi pinjaman nasabah," lanjutnya.
Christel menambahkan, perusahaannya sudah berinvestasi di teknologi informasi sebesar Rp 20 miliar di 2021 lalu atau 70 persen dari total capital expenditure (capek).
"Investasi ini masih pondasi saja. Untuk tahun ini lebih dari dua kali lipat," kata dia.
Saat ini bisnis Mandala Finance didukung 278 kantor cabang yang terdaftar di OJK dengan didukung 500 lebih point of services.
Selama pandemidi 2020, Mandala merestrukturisasi 30 sampai 35 persen portofolio pinjaman nasabah. Rasio pinjaman bermasalah (NPL) Mandala Finance selama 2021 sebesar 1,46 persen dan di 2020 sebesar 2,2 persen.
"Kita tidak melakukan pengajuan restrukturisasi ke investor," ujar Christel. Sumber pendanaan Mandala saat ini berasal dari loan bank dan penerbitan obligasi. "Tahun 2021 kita sudah divrsifikasi ke penerbitan sukuk. Sebanyak 62 persen pembiayaan di 2021 berasal dari obligasi," ujarnya.