Lockdown di China Memicu Anjloknya Penjualan Otomotif
Meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 yang melanda China telah memukul mundur para pabrikan otomotif dunia hingga membuat penjualan anjlok
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 yang melanda China telah memukul mundur para pabrikan otomotif dunia hingga membuat sebagian penjualan anjlok.
Semangat serta keterbukaan penduduk China atas produk-produk baru di industri otomotif telah menjadikan negara tirai bambu ini sebagai pasar otomotif terbesar di dunia.
Hal ini dibuktikan dengan adanya lonjakan atas permintaan kendaraan baru di China.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Dorong Produk Otomotif Lokal Dikenal di Australia
Berdasarkan data dari Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM), sepanjang tahun 2021 kemarin, pasar otomotif China sanggup melayani lonjakan permintaan sebesar 3,8 persen.
Sementara untuk pertumbuhan mobil listrik atau NEV tembus hingga 157,5 persen bahkan penjualannya mencapai 3,52 juta unit.
Namun karena adanya peningkatan jumlah kasus positif covid membuat pemerintah China memberlakukan aturan ketat dengan menerapkan pembatasan wilayah atau lockdown khususnya di Shanghai dan Provinsi, yang mana kedua wilayah tersebut merupakan pusat perdagangan otomotif di China.
Tercatat, pada pekan lalu jumlah kasus harian Covid-19 yang terjadi di Shanghai China melonjak naik ke angka 26 ribu kasus dalam setiap harinya. Peningkatan ini membuat pemerintah China menerapkan kebijakan zero Covid-19.
Baca juga: Ekonomi Jepang, China dan AS Lemas Digerogoti Laju Inflasi Tinggi
Hadirnya kabar tersebut tentunya membuat kalang kabut para pabrikan otomotif dunia. Penutupan akses menuju gudang besar telah memaksa para pembuat mobil untuk menutup pabrik manufakturnya yang berlokasi di China. Hal ini tentunya berisiko menunda pengiriman pada saat naiknya permintaan global.
Salah satu pabrikan otomotif yang terdampak ialah Volkswagen (VLKPF), pabrikan asal Jerman ini diketahui memiliki dua cabang perusahaan yang berlokasi di Shanghai dan Changchun, China.
Namun karena jalan penghubung yang ada di provinsi Jilin, ditutup selama berminggu-minggu, membuat perusahaan ini terpaksa mandek berproduksi.
"Karena situasi Covid saat ini, produksi di pabrik kami di Changchun (sejak pertengahan Maret) dan Anting/Shanghai (sejak 1 April) saat ini ditangguhkan, ini menyebabkan penundaan produksi," kata Volkswagen, dikutip CNN International.
Selain itu pabrikan supercar ternama Tesla (TSLA) juga ikut menghentikan produksi di pabriknya yang berlokasi di Shanghai sejak kota tersebut memberlakukan penguncian wilayah, tepatnya pada 28 Maret 2022.
Baca juga: China Lockdown, Seberapa Parah Dampaknya Terhadap Ekonomi Dunia?
Hal serupa juga dialami pembuat kendaraan listrik China Nio, perwakilan perusahaan menyatakan jika saat ini mereka telah menangguhkan produksi dan pengiriman kendaraan EV-nya kepada pengguna karena gangguan terkait Covid-19.
Pemberlakukan kebijakan ini tentunya membuat penjualan mobil sepanjang Maret kemarin anjlok hingga 12 persen.
Tak hanya melumpuhkan aktivitas jual beli otomotif, adanya lockdown ini juga berimbas pada penundaan pameran mobil Beijing yang rencananya akan digelar pada 21 April hingga 30 April 2022 mendatang, namun karena lonjakan kasus Covid baru-baru ini membuat acara tersebut ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.