Bawa Tesla ke Tanah Air, Rudy Salim: Pembeli Pertama Itu Bambang Soesatyo
CEO Prestige Motor Rudy Salim menceritakan momen saat membawa mobil listrik Tesla ke Indonesia.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Prestige Motor Rudy Salim menceritakan momen saat membawa mobil listrik Tesla ke Indonesia.
Rudy membawa Tesla model S yang pertama ke tanah air pada tahun 2013.
"Pada saat itu pembeli pertamanya di antara yang lain adalah Pak Bambang Soesatyo (Ketua MPR) waktu itu dia masih Ketua Komisi III DPR," ucapnya dalam diskusi Tribun Network "Percepatan Transformasi Energi Listrik Indonesia" #PakaiMolis di Jakarta, Rabu (18/10/2023).
Baca juga: Mobil Listrik Tesla Kedapatan Cacat Fisik, Elon Musk Diminta Recall 55 Ribu Kendaraan dari Pasar AS
Kata Rudy, kala itu Bamsoet saat gencar sekali ingin membeli mobil Tesla model S.
Dalam penjualan pertama Tesla model S, Bamsoet berhalangan hadir karena ada suatu kegiatan.
“Tetapi waktu itu dia (Pak Bamsoet) tidak bisa datang tetapi minta kalau ada konferensi pers dikabari soalnya mau memberikan pernyataan mengenai kendaraan listrik. Saya juga bingung Pak Bamsoet mau bantu saya jualan atau gimana ha-ha-ha,” kelakar Rudy.
Setelah itu, Prestige Corps bekerjasama dengan stakeholder pemerintah untuk mempercepat transisi kendaraan listrik berbasis baterai pada tahun 2019.
Menurutnya, pembelian mobil listrik Tesla baru cukup tinggi di tahun 2020 setelah adanya program percepatan tersebut.
"Dalam kurun waktu saya datangkan pertama mobil listrik Tesla itu cuma jadi lucu-lucuan. Ada yang tanya kalau hujan itu listriknya korslet tidak, lalu kalau banjir kesetrum tidak, terus kalau abis power banknya sebesar apa?" ucap Rudy.
Dia menuturkan seusai Presiden Joko Widodo memberikan arahan terkait percepat kendaraan listrik, Prestige Corps baru mulai merasakan benefit.
Baca juga: Hasil Kerja Keras, Richard Lee Beli Mobil Rolls-Royce Seharga Rp 20 M di Rudy Salim
Rudy meyakini mobil listrik adalah masa depan dari industri otomotif Indonesia.
"Bahkan negara Eropa sendiri di tahun 2035 sudah tidak memperbolehkan emisi gas buang karbon dioksida, ini tidak terelakkan bahwa masa depan itu kendaraan listrik baik itu roda empat, roda dua, ataupun kendaran udara," tukasnya.
Pengusaha muda ini menilai hambatan yang masih dihadapi Indonesai adalah keterediaan SPKLU.
Menurut data yang diperoleh 72 persen masyarakat masih bertanya-tanya tempat mengisi daya baterai saat diperjalanan dan ada 62 persen menyatakan harga mobil listrik terlampau mahal.
"Ketersediaan SPKLU itu sekarang sudah 842 di mana sangat meningkat pesat, di tahun 2019 ketika saya tandatangan dengan PLN itu 180 jadi meningkat mau delapan kali," pungkasnya.