Produsen EV Tiongkok Hentikan Produksi 6 Bulan Akibat Melemahnya Pasar Kendaraan Listrik
Di tengah berkembangnya industri mobil listrik ternyata ada juga produsen yang merugi.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah berkembangnya industri mobil listrik ternyata ada juga produsen yang merugi.
Produsen mobil dengan skala kecil asal Tiongkok HiPhi memutuskan untuk menghentikan produksi selama enam bulan.
Pengumuman rencana tersebut dilakukan setelah rapat internal pada 18 Februari dan akan berlaku efektif segera.
Baca juga: VinFast Pasok 600 Mobil Listrik ke Tiga Perusahaan Indonesia untuk Kendaraan Operasional
Diperkirakan, hal ini terjadi akibat pasar kendaraan listrik yang padat pada awalnya, akan melambat pada tahun 2024.
Meskipun Tiongkok mungkin merupakan pasar mobil terbesar di dunia dan menyumbang sekitar 60 persen penjualan kendaraan listrik global, produsen mobil dalam negeri sedang berjuang untuk mendapatkan keuntungan dalam lingkungan yang sangat kompetitif.
Dilansir dari Carscoops, HiPhi berbasis di Shanghai, didirikan pada tahun 2017 dan model pertamanya baru dikirimkan pada tahun 2021.
Saat ini, HiPhi menawarkan tiga model yang terdiri dari Z, X dan Y, dengan A yang berfokus pada performa akan segera hadir.
HiPhi A diluncurkan pada November 2023 sebagai versi yang ditingkatkan dari HiPhi Z dengan tenaga 1.287 hp dari powertrain tri-motor.
Kabarnya, karyawan HiPhi akan menerima pembayaran rutin untuk periode tersebut hingga 18 Februari, meskipun gaji bulan Januari mereka belum dibayarkan karena adanya penundaan.
Mereka yang tetap bekerja di perusahaan hingga 15 Maret akan diturunkan upah minimumnya, dengan kemungkinan skema yang diperluas hanya tersedia bagi karyawan Shanghai.
HiPhi bukan satu-satunya merek Tiongkok yang mengalami kesulitan. Menurut laporan oleh South China Morning Post, hanya sedikit produsen kendaraan listrik yang memperoleh keuntungan di Tiongkok, termasuk BYD dan Li Auto.
Sebaliknya, banyak startup EV menghadapi tantangan besar, dengan lebih dari 15 merek bangkrut atau berada di ambang kebangkrutan pada September 2023.