Kenang Wafatnya Chairil Anwar, 28 April Diperingati Sebagai Hari Puisi Nasional Indonesia
Peringatan Hari Puisi Nasional Indonesia setiap 28 April sebagai momen mengenang wafatnya penyair Chairil Anwar yakni 28 April 1949, berikut profilnya
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Gigih
Hal itu karena Chairil Anwar telah berhasil mengadakan pembaharuan dalam kesusasteraan terutama dalam puisi, sesudah Pujangga Baru.
Mempelopori Angkatan 45, Chairil Anwar melakukan pembaharuan yang meliputi penggunaan bahasa, pandangan hidup, dan sikap hidup.
Lebih dalamnya, pembaharuan itu menuntut kebebasan pribadi, individualisme untuk dapat berpikir lebih kritis dan dinamis.
Chairil Anwar mengatakan, penamaan Angkatan 45 dimaksudkan dapat berdiri sendiri, menjalankan dengan tabah dan berani nasibnya sendiri, menjadi pernyataan revolusioner.
Chairil Anwar tak ingin bersifat sentimentil dan merendahkan diri secara berlebihan dalam menghadapi setiap persoalan.
Dirinya ingin menjadi manusia wajar, merdeka mengeluarkan pendapat sendiri dan duduk sama rendah dengan sesama manusia di dunia ini.
Baca juga: Karya Sastranya Terkenal, Sapardi Djoko Damono Tak Pernah Paksa Anaknya Jadi Sastrawan
Profil Chairul Anwar
Chairil Anwar lahir pada 26 Juli 1922 di Medan dari pasangan Tulus dan Saleha.
Chairil Anwar dilahirkan di tengah-tengah keluarga Minangkabau yang taat beragama.
Sehingga, dia merasa terkekang.
Hal itu turut mempengaruhi kehidupannya dan juga karya-karyanya.
Mula-mula Chairil Anwar sekolah di Hollandsch lnlandsche School (H.l.S) dan kemudian melanjutkan ke MULO di Medan.
Tetapi baru sampai kelas dua, ia keluar dan pergi merantau ke Jakarta (dulu: Batavia).
Salah satu karya Chairil Anwar yang terkenal adalah sajak Aku.