Pemilihan Langsung Kepala Daerah, Efektifkah Memunculkan Pemimpin Beretika?
proses demokrasi langsung ini secara tidak langsung membentuk kultur politik yang tidak bagus, yang dikemas ketidakdewasaan pemimpin.
Penulis: Bahri Kurniawan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
![Pemilihan Langsung Kepala Daerah, Efektifkah Memunculkan Pemimpin Beretika?](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20130131_Partai_Nasdem_di_Bandung_Tetap_Solid_2066.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun 2013 dinilai sebagai merupakan tahun kelam politisi. Pada tahun ini banyak memuat potret buram perilaku politisi yang tidak mampu memperlihatkan kinerja bagus.
Kepala Bappilu DPP Partai NasDem, Ferry Mursidan Baldan mengatakan potret pemilihan langsung harusnya menemukan sosok ideal pemimpin daerah, karena telah dipilih langsung oleh masyarakat.
Namun sejak pertama kali dilaksanakan proses pemilihan langsung, sekurang-kurangnya tiap daerah sudah 2 kali pemilihan langsung, dan sosok pemimpin daerah ideal malah tidak memperlihatkan potret tersebut sama sekali.
Ferry mengatakan proses demokrasi langsung ini secara tidak langsung membentuk kultur politik yang tidak bagus, yang dikemas dengan kemarahan dan ketidakdewasaan pemimpin. Jika dirunut, semua ini bukan kesalahan rakyat tapi kesalahan dari pemimpin karena ketidakmampuan mereka mewujudkan politik yang beretika.
“Kultur yang ditimbulkan dari demokasi langsung ini menjadi tidak bagus, dan pemerintah seharusnya dapat mewujudkan pollitik yang beretika,” ujar Ferry.
Demokrasi pascareformasi membawa masyarakat Indonesia menuju otonomi di segala bidang kehidupan bernegara termasuk dalam proses pemilihan langsung pemimpin daerah.
Namun, katanya, sosok pemimpin yang diharapkan malah menyelewengkan kekuasaannya demi kepentingan pribadi. Menurut data KPK, sepanjang tahun 2004-2013, terdapat 54 kasus korupsi yang melibatkan penguasa daerah. Jumlah tersebut belum termasuk kepala daerah yang terjerat tindak pidana lainnya.
“Diperlukan lokomotif yang kuat dan besar sebagai solusi bangsa ini, yaitu mencari pemimpin yang tepat. Misalnya dengan opsi kepala daerah dipilih kembali oleh DPRD, bukan lagi pemilihan langsung. Hal ini bukan indikasi kita mundur dalam berdemokrasi. Bisa dilihat, jika kualitas demokrasi kita semakin baik dengan pemilihan kepala daerah langsung, harusnya akses partisipasi publik terhadap hak politik diberikan seluas-luasnya, tapi nyatanya tidak,” tambah Ferry.
Atas hal itu, Ferry memberi simpulan hasil demokrasi saat ini, Indonesia belum mampu memunculkan pemimpin yang baik.
"Jangan rusak bangsa ini dengan demokrasi, jika kita belum bisa dewasa dalam berdemokrasi," kata Ferry.