Pengamat: 2014 Tahun Politik Cetar Membahana
Tahun 2014 dianggap banyak orang akan menjadi tahun politik
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun 2014 dianggap banyak orang akan menjadi tahun politik. Tahun bagi dunia politik yang semakin cetar membahana lantaran akan terjadi dua peristiwa politik terbesar bangsa ini, pesta demokrasi, baik pelaksanaan pemilu legislatif maupun pemilihan calon presiden.
Jagat perpolitikkan diyakini akan kian memanas. Calon anggota legeslatif kian sibuk tebar pesona, demikian juga dengan partai politik yang kian massif melakukan pencitraan.
Pengajar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi melihat intensitas politik di tanah air akan semakin "cetar membahana" seiring dengan makin dekatnya gelaran pemilu. Tanda-tanda ini kian nampak dengan makin bertebarannya gambar caleg dan parpol di banyak tempat walau jadwal kampanye resmi belum dimulai.
"Caleg dan parpol memanfaatkan betul awal 2014 sebagai waktunya untuk start kampanye. Mereka menganggap calon pemilih harus dibuka memorinya akan caleg dan parpol yang ada. Mengingat banyaknya caleg dan parpol yang akan berlaga, kebanyakan caleg yang memasang foto duluan adalah yang merasa takut kalah. Sebaliknya parpol yang merasa mendapat suara minim, terkesan loyo duluan. Parpol-parpol ini terkesan berkampanye ala kadarnya," ujar Ari Junaedi, Kamis (2/12/2014).
Khusus untuk parpol yang memiliki fulus berlimpah, Ari melihat pola kampanyenya lebih difokuskan kepada iklan di televisi.
"Lihat saja iklan Prabowo Subianto dari Gerindra yang selalu mengucapkan selamat di setiap peringatan hari nasional. Saya yakin, nantinya Prabowo juga akan beriklan setiap hari, ada atau tidak peringatan nasional," Ari memprediksi.
"Sebaliknya, politisi pemilik media seperti Hari Tanoesudibyo dari Hanura dan Surya Paloh dari Nasdem akan semakin eksploitatif menggarap medianya untuk kampanye pihaknya. Teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia/KPI terhadap Metro TV dan MNC grup sepertinya hanya jadi angin lalu bagi mereka," katanya lagi.
Bagi pengajar program S2 dan S1 di UI ini lagi, tahun 2014 akan terus diwarnai dengan makin mempesonanya nama Gubernur DKI Joko Widodo dalam blantika capres. Jika PDIP berindak rasional dan normal, ujarnya, pendeklarasian nama Jokowi sebagai Capres sebelum pemilu legeslatif, maka konstelasi capres dari parpol-parpol lain akan buyar berantakan.
"Justru perebutan posisi cawapres yang akan semakin ketat dan ramai. Bisa jadi Hari Tanoesudibyo berpisah dengan Wiranto. Begitu Hanura gagal mencapai raihan suara electoral treshold. Banyak kandidat yang semula bertekad maju menjadi capres akan mendegradasi menjadi RI-2 demi mendampingi Jokowi. Semua calon akan genit ingin mendampingi Jokowi. Ibarat gadis, Jokowi adalah cewek idola dan semua pemuda ingin menjadi gacoannya," katanya.
Sebaliknya, katanya lagi, orang-orang di lingkar SBY akan ramai-ramai eksodus menyelamatkan diri dari kapal kekuasaan.
"Lihat saja ketika Soeharto tumbang, orang-orangnya pada mencari sekoci penyelamat, demikian juga ketika Megawati turun, orang-orangnya juga loncat pagar. Makanya hal yang lumrah, politik bajing luncat juga muncul di rezim Cikeas," tandas Ari.