Hamdi Muluk: Golput Itu Hanya Orang Terdidik dan Kritis
golongan putih (Golput) diprediksi tidak akan mengalami peningkatan jumlah signifikan.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah sentimen negatif dan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik, golongan putih (Golput) diprediksi tidak akan mengalami peningkatan jumlah signifikan.
Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, menatakan Golput itu sebenanrya hanya disuarakan oleh kaum terdidik di Indonesia yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh persen.
"Orang Indonesia sebenarnya tidak suka Golput sebenarnya. Golput itu hanya orang berpendidikan tinggi dan tergolong kritis," ujar Hamdi di d'consulate, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta, Rabu (12/2/2014).
Masyarakat, lanjut Hamdi, senang dengan pesta demokrasi lima tahun sekali itu. Walau masyarakat tidak terlalu mengenal calon anggota legislatif (caleg) partai politik, masyarakat akan tetap ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) karena menganggapnya itu sebagai rekreasi.
"Orang biasa menganggap Pemilu itu seperti rekreasi. Senang betul. Demi memeriahkan demokrasi, rakyat akan berbondong-bondong. Ajakan Golput tidak akan membuat kosong TPS," terang Ketua Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.
Hamdi mengakui perilaku atau ajakan golput akan berpengaruh. Namun orang yang terdampak dari pengaruh tersebut hanya kelompok terdidik yang berpandangan sinis terhadap politik khususnya partai politik.
Disebutkan, hasil survei Cirus Surveyor Group bulan lalu memperlihatkan sebanyak 40 persen responden tidak percaya terhadap partai politik. Sedangkan 39,2 persen kurang percaya. Hanya 9,4 persen reponden yang percaya terhadap partai politik. Sementara 11,4 persen tidak tahu atau tidak menjawab.