Diskusi NasDem-Formappi: Sistem Saat Ini Ciptakan Politisi Penggadai
Surya Paloh mengatakan sistem demokrasi Indonesia yang dibangun saat ini tidak mencirikan idealisme Pancasila
Penulis: Bahri Kurniawan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh mengatakan sistem demokrasi Indonesia yang dibangun saat ini tidak mencirikan idealisme Pancasila sebagai landasan politik berkebangsaan.
Ujaran itu ia lontarkan saat jajaran pengurus NasDem berdiskusi bersama Ketua Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Sebastian Salang beserta peneliti lainnya. Surya mewanti-wanti, sistem politik yang penuh pragmatisme malah akan menghancurkan negara.
"Pilihan ini ada pada kita semua. Kalau praktik demokrasi seperti sekarang ini sama saja mempermainkan akal sehat kita. Praktik transaksional dan pragmatisme merajalela. Hancurlah negara kita," kata Surya saat berdiskusi dengan Formappi di Kantor DPP Partai NasDem, Gondangdia, Jakarta (25/2/2014).
Menurutnya, Indonesia membutuhkan pemimpin yang visioner, berani serta tegas sehingga mampu menjalankan pemerintahan yang kuat dan mampu membawa bangsa ini besar di mata internasional.
"Kita harus menyadarinya, bahwa kita harus berangkat atas azas kepatutan dan azas ketaatan. Jangan pernah berpikir bahwa bangsa ini bangsa besar. Bangsa ini kondisinya sudah sangat parah. Competitiveness kita lemah di depan bangsa lain. Disiplin rendah, etos kerja juga rendah belum lagi praktik penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan para elite bangsa," tuturnya.
Surya mencontohkan, para anggota legislatif kerap menggunakan wewenangnya untuk kepentingan sesaat saja. Sebelumnya pemerintah telah mengeluarkan kebijakan moratorium pemekaran daerah. Namun menjelang pemilu, DPR malah membuka keran itu untuk kepentingan pribadi dan golongannya saja.
"Hal-hal mendasar dan filosofis harus dibangkitkan kembali. Para pemimpin di negara kita saat ini tidak punya nilai moralitas. Kita sudah lihat bahwa pemekaran daerah itu malah membuat meningkatnya praktik korupsi. NasDem sangat menyadari begitu kompleksnya permasalahan bangsa ini. Sedihnya, yang menyadari hanya kelompok kecil seperti NasDem, partai yang baru lahir ini. Justru elite-elite sekarang ini tidak menyadarinya," ungkapnya.
Senada dengan Surya, Ketua Formappi Sebastian Salang mengatakan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tegas. Ia mencontohkan di tingkat partai, pemimpin yang berani adalah pemimpin yang memberi sanksi yang tegas pada politisi-politisinya yang bertindak sewenang-wenang.
Politisi itu sering mengaku punya sikap nasionalisme dan patriotisme. Namun kebanyakan malah menggadai nasionalismenya, dengan membuat undang-undang yang menjual negaranya.
"Hal konkret saja. Jika ada anggota legislatif yang malas bekerja. Masyarakat sudah marah dan muak dengan anggota yang malas. Seharusnya partai politiknya bertindak tegas dengan menghukum anggotanya. Tidak perlu sampai diteriaki publik," kata Salang.
Menurut Salang, Partai baru seperti NasDem diharapkan mampu memberikan semangat baru bagi bangsa Indonesia.
"Kehadiran NasDem dalam medan politik Pileg nanti bisa memberikan perbaikan bagi bangsa, DPR dan juga partai politik," ujarnya.
Ia juga berharap NasDem harus bisa keluar dari politik yang mementingkan pragmatisme jangka pendek. Para caleg NasDem yang nanti akan duduk di DPR harus bisa memberikan contoh bagi perbaikan kerja partai dan kinerja anggota dewan kelak.
Salang mencontohkan dalam membuat regulasi, DPR harusnya tidak hanya mementingkan kepentingan sendiri. Kebijakan DPR itu seharusnya mengutamakan kepentingan bangsa, bukan partai sekalipun pribadi.
"Saya melihat ada idealisme dalam tubuh NasDem. Ini tentu membangkitkan harapan publik. Kita masih bisa menaruh harapan bahwa partai politik bekerja sebagai pilar penegak pancasila. Kita juga mengharapkan realisasi dan implementasi dari NasDem," katanya.