Kenali Tanda-tanda Caleg Depresi
Dalam tes ini, seorang caleg akan diajukan 567 pertanyaan. Lama waktu menjawabnya sekitar dua sampai tiga jam.
Editor: Rendy Sadikin
Laporan Wartawan Warta Kota, Theo Yonathan Simon Laturiuw
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulutmu adalah harimaumu. Ungkapan itu tepat untuk melihat apakah seseorang depresi berat yang berpotensi ke sakit kejiwaaan. Seseorang yang depresi, termasuk caleg yang gagal menjadi anggota dewan (DPRD, DPR, dan DPD) bisa dilihat dari perkataan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Soeharto Heerdjan, Grogol, Jakarta Barat, sudah ada tersedia unit yang bisa mendeteksi masalah kejiwaan seseorang. Direktur Medik dan Keperawatan RSJ Soeharto Heerdjan Mohammad Reza Syahhasan mengatakan, unit itu sudah ada sejak 2004 lalu.
Namanya adalah unit Mental Mental Health Check Up. Unit ini berfungsi memeriksakan jiwa seorang pasien, salah satunya adalah caleg yang gagal. Calon karyawan juga ada yang diperiksakan kejiwaannya di situ sebelum mulai bekerja di perusahaan tertentu.
Terhitung sejak Agustus 2013 sejumlah caleg sudah antre tes kejiwaan di sini. Itu semua atas permintaan partai politik sang caleg. Setiap hari bisa datang empat sampai 10 caleg untuk memeriksakan kejiwaan mereka.
Di unit Mental Health Check Up, caleg akan dicek kejiwaannya memakai metode MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory). Dalam tes ini, seorang caleg akan diajukan 567 pertanyaan. Lama waktu menjawabnya sekitar dua sampai tiga jam.
Reza mengatakan, pertanyaannya sangat personal. Lalu setiap caleg yang berbohong pasti akan ketahuan. Sebab satu jenis pertanyaan bisa ditanya sebanyak tiga sampai empat kali. Jaraknya bisa per seratus pertanyaan baru ada pertanyaan yang sama tapi cara bertanya berbeda.
"Makanya pasti ketahuan kalau berbohong," ucap Reza kepada Warta Kota, kemarin.
Dari pertanyaan-pertanyaan itu, kata Reza, akan diketahui kemampuan seorang caleg menghadapi tekanan. Latar belakang keluarganya pun bisa diketahui, termasuk motivasinya menjadi caleg.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu nanti ditampilkan dalam sebuah kurva dan grafis. Serta ada pula skor-skornya. Hitungan skornya antara satu sampai sepuluh. Semakin rendah skor, maka kerentanan seseorang jadi gila makin tinggi.
Caleg yang kemampuan menghadapi tekanannya rendah adalah yang paling rentan mengalami depresi. Stres usai kalah dalam pemilu legislatif (pileg). Caleg-caleg seperti itulah yang tak akan direkomendasikan ke partai politiknya.
Reza mengatakan, mereka yang cocok jadi caleg adalah orang-orang yang semua masalahnya sudah selesai. Artinya anak sudah jadi semua, hutang tak punya, serta tak punya ambisi lain. Misalnya menjadi kaya.
"Orang-orang seperti itulah yang cocok jadi caleg," kata Reza. Tapi rekomendasi dari pihaknya tetap cuma rekomendasi belaka. Sebab yang menentukan maju-tidaknya seorang jadi caleg adalah partainya masing-masing.
Tapi, kata Reza, sayangnya rekomendasi ini sifatnya tak mengikat. Artinya partai tetap bisa memajukan caleg yang punya potensi sakit kejiwaan kendati RSJ Soeharto Heerdjan tak memeberi rekomendasi. Penyebabnya belum ada aturan hukum mengikat terkait tes kejiwaan tersebut.
Seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tak ada keharusan para calegnya ikut tes kejiwaan. Ketua DPW PKS DKI Jakarta Selamat Nurdin juga tak melihat arti pentingnya tes kejiwaan seorang caleg.
"Kalau orang sakit jiwa itu sudah terlihat lah dari bicaranya. Makanya, PKS hanya mengadakan psikotest saja. Sementara tes kejiwaaan tak disertakan," katanya.(Warta Kota Cetak)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.